Oleh: Michael Tulak
1 Tesalonika 2:9-13
Quotes
Meski Kita (Komunitas) Dalam Radius Kilometer Yang Berbeda, Namun Tetap Disatukan Di Dalam Firman Tuhan Yang Kita Dengarkan Karena Kehendak-Nya
Adakah saudara pernah atau tengah menjalani hubungan jarak jauh atau Long Distance Relationship (LDR)? Berbicara LDR, saya sendiri tengah mengalaminya. Jujur saja, menjalani hubungan jarak jauh dengan orang yang spesial adalah hal pertama dalam hidup saya. Orang-orang spesial itu adalah papa, mama, kedua kakak, dan ponakan saya. Kami sekeluarga memang sebenarnya terbiasa ditinggal papa berlayar untuk menafkahi keluarga. Hanya mama yang menemani kami. Seiring berjalannya waktu, ketiga anak papa – mama ini beranjak dewasa dan mulai merajut masa depan jauh dari rumah.
Kakak pertama telah menyelesaikan kuliahnya dan bekerja. Selain itu juga kakak telah berkeluarga dan dikarunia dua anak (keponakan). kakak kedua juga telah selesai kuliah dan mulai bekerja hingga sekarang telah berkeluarga sejak bulan Maret 2020. Sedangkan saya sedang menempuh studi di Jakarta. Mama menjadi ibu rumah tangga setelah pensiun dini. Semua anggota keluarga saya terpisah dengan jarak yang jauh.
Kami tahu bahwa menjalani hubungan jarak jauh seperti ini bukanlah hal yang mudah karena ada saatnya kami tidak tahu benar kondisi masing-masing. Karena itu, komunikasi adalah hal yang penting untuk menyatukan kami. Inilah yang saya rasakan tentang hubungan jarak jauh dengan orang-orang yang spesial. Hal serupa juga turut dialami oleh Paulus yang harus berhubungan jarak jauh dengan yang spesial, yaitu jemaat di Tesalonika.
Di dalam teks bacaan Alkitab, Paulus tengah mengalami LDR dengan jemaat Tesalonika. Sebab dirinya tengah mengerjakan pekerjaannya. Paulus jelas menyatakan bahwa pekerjaan yang dilakukannya dengan Silwanus, dan Timotius bukan pekerjaan biasa, melainkan pekerjaan memberitakan firman Tuhan/Injil.
Sebagai pemberita Injil, Paulus tidak sekadar membagikan firman kepada jemaat di Tesalonika, melainkan juga menjadi rekan seperjalanan spiritual (mengisi dengan Injil) mereka. Uniknya, Paulus tidak menemani perjalanan spiritual mereka dengan hadir setiap saat. Lantas bagaimana spiritualitas mereka dapat bertumbuh? Di dalam teks disebutkan bahwa mereka terus mengerjakan pekerjaan iman, mengasihi sesama, dan ketekunan berharap kepada Kristus (1:3). Apabila diteliti, spritualitas mereka dapat bertumbuh karena pekerjaan Tuhan yang telah merangkul jemaat untuk senantiasa hidup dalam kebenaran Firman. Penyebab kepergian Paulus dari Tesalonika yaitu adanya penolakan terhadapnya karena memberitakan firman. Karena kondisi tersebut, Paulus lebih baik undur dengan singgah di Athena (3:1).
Bayangkan, Paulus harus menempuh perjalanan jauh untuk pergi ke Athena. Aplikasi google map menunjukkan perjalanan dari Tesalonika ke Athena sekitar 502 km supaya tetap aman. Meskipun terbentang jarak yang amat jauh, Paulus tetap ingin memberitakan Injil di Tesalonika. Tidak kehabisan cara, Paulus mengutus muridnya yang lain untuk tetap pergi memberitakan Injil ke Tesalonika. Betapa besar kerinduan Paulus supaya kepada Tesalonika untuk mendengar kabar baik ini.
Meskipun dalam daerah yang berbeda dan saling berjauhan, Paulus tetap memberikan perhatiannya melalui nasihat. Perhatian Paulus kepada mereka digambarkan layaknya seperti sebuah keluarga. Paulus dan rekan-rekannya digambarkan sebagai seorang ayah, dan mereka sebagai anak-anaknya. Penggambaran seorang ayah ini menunjukkan relasi yang dekat/intim dan sikap penuh kasih dalam menasihati anaknya. Demikian halnya Paulus menunjukkan sikapnya kepada jemaat di Tesalonika. Paulus tidak ingin jemaat Tesalonika mengabaikan kebenaran dan goyah iman terhadap Yesus Kristus.
Supaya jemaat Tesalonika tidak terhilang, Paulus meminta/memohon dengan sangat supaya mereka hidup sesuai dengan kehendak Allah. Frasa yang dicetak tebal adalah desakan Paulus kepada mereka supaya memperhatikan firman Tuhan yang diberitakan dan senantiasa hidup sesuai dengan kehendak Allah. Di bagian ini, Paulus tidak sedang memperkenalkan Allah dari nol, melainkan Paulus menegaskan siapa Allah. Bagi Paulus, Allah adalah Pribadi yang telah menyatakan diri dalam Yesus Kristus untuk menebus manusia dari dosa (1:10).
Paulus mendesak supaya jemaat Tesalonika hidup dalam kehendak Allah. Apa arti hidup dengan kehendak Allah dalam surat ini? Artinya adalah jemaat Tesalonika terus menerus mengisi hidup hanya dengan Allah, bukan dengan berhala (1:9). Selain itu, mereka juga menantikan kedatangan Allah yang kedua melalui Yesus Kristus (1:10). Semua tentang Allah dan hidup dalam kehendak-Nya telah diberitakan oleh Paulus, namun jemaat Tesalonika yang juga manusia berdosa yg dapat membangkang dari firman Tuhan tersebut. Meskipun demikian, kita perlu ingat bahwa yang diberitakan oleh Paulus adalah pekerjaan Roh Kudus. Untuk itu, firman Tuhan penting untuk digenggam dan hidup dalam diri jemaat.
Pada akhirnya, perenungan ini ditutup oleh ucapan syukur Paulus kepada Allah. Sebagai pemberita firman, Paulus menganggap pelayanan ini bukanlah hasil usahanya, namun seutuhnya atas kehendak Allah (1:5; 2:4). Apabila hal ini dituliskan dalam kalimat yang lain, saya mengusulkan, yaitu usaha keras Paulus dan rekan-rekannya dalam memberitakan Injil tidak menuntut imbalan dari Allah, justru pekerjaan memberitakan ini membahayakan nyawa mereka. Jadi keberhasilan jemaat Tesalonika sehingga dapat menerima dan melakukan firman Tuhan adalah tidak ditentukan oleh pemberita Injil, melainkan kehendak Allah. Lagi pula, Paulus juga jelas menyampaikan bahwa panggilan
Tuhan kepadanya untuk memberitakan Injil hanya untuk memuliakan Tuhan.
Dari semua ini, kita bisa melihat bahwa yang memenuhi kebutuhan spiritual manusia adalah Allah, bukan manusia (termasuk pemberita Injil) dan jarak. Pemberita Injil memang berperan memperdengarkan firman Tuhan kepada sesama dan menjadi teladan bagi lingkungan di sekitarnya tanpa mengambil alih pekerjaan Roh Kudus. Sudah saatnya kita sebagai para pemberita firman memperkatakan tentang Kristus dan senantiasa memuliakan Allah. Sekalipun kondisinya memiliki jarak yang jauh, pesan firman Tuhan akan bertumbuh dalam diri setiap penerima firman karena ada keyakinan akan penyertaan Tuhan.
Kiranya Tuhan memampukan kita untuk mengandalkan Dia ketika dipanggil untuk memberitakan Firman. Sekalipun jarak tidak memungkinkan untuk bertemu dan memberitakan Firman Tuhan, sesungguhnya Tuhan sang Firman telah menyatakan kepada pribadi tersebut.
Comments