top of page

Ingatlah Penciptamu

Writer's picture: Senat Bidang 2Senat Bidang 2

Oleh: Triyanti

Pengkhotbah 12:1-14

Quotes

Ingatlah Pencipamu Pada Masa Mudamu

Masa muda adalah masa yang paling berharga dalam hidup seseorang, karena masa muda hanya terjadi sekali dalam masa hidup. Banyak yang melihat bahwa masa muda sebagai masa di mana seseorang sedang berada pada titik puncak kejayaan. Dunia masa muda penuh warna dan perasaan yang menggebu-gebu. Ada yang berkata bahwa masa muda adalah masa yang paling tepat untuk mengeksplor semua yang disuka. Karna pada masa ini, seseorang masih banyak memiliki kesempatan, masih banyak waktu luang, tenaga yang masih fresh, semangat yang masih membara dan teman yang banyak. Semua hal terasa penting untuk dieksplor dan semua terasa perlu dijadikan prioritas.


Namun sesungguhnya, hal apa yang paling penting untuk dijadikan prioritas pada masa muda? Pengkhotbah 12:1 berkata “Ingatlah akan penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kau katakana: tak ada kesenangan bagiku di dalamnya.” Ayat ini memperlihatkan bahwa orang muda harus mengingat Sang pencipta pada masa mudanya. Pengkhotbah menghimbau bahwa mengingat Allah yang adalah Sang pencipta, adalah hal yang urgensi, karena pada ayat sebelumnya, dikatakan bahwa kemudaan dan fajar hidup adalah kesia-siaan, dan dipertegas pada ayat 8 bahwa segala sesuatu adalah sia-sia di bawah matahari.


Kata mengingat sesungguhnya menunjukkan sebuah kesetiaan yang dilakukan dengan segenap hati kepada Sang pencipta. Setia berarti sebuah sikap yang patuh dan berpegang teguh kepada Sang pencipta. Seorang penafsir melihat bahwa kata “ingatlah” bukan sekedar mengingat Allah pencipta pada sewaktu-waktu saja, lebih jauh dari itu, kata “ingatlah penciptamu” menghimbau setiap orang untuk melakukan yang jauh lebih mendasar, yaitu menjadikan Pencipta sebagai dasar dari kehidupan. Singkatnya, mengingat pencipta pada masa muda, berarti menjadikan Pencipta sebagai yang segala-galanya dalam hidup.

Ayat 2-6 menggambarkan sebuah kondisi di usia tua. Sebuah kondisi yang kontras dengan usia pada masa muda. Usia tua tidak banyak memberi kesenangan sebab pada usia ini, seseorang akan banyak mengalami keterbatasan. Misalnya pada ayat 4 “dan pintu-pintu di tepi jalan tertutup, dan bunyi penggiling menjadi lemah, dan suara menjadi seperti kicau burung, dan semua penyanyi perempuan tunduk.” Banyak penafsir melihat bahwa ayat ini menggambarkan kondisi usia tua yang berbicara tentang berkurangnya aktivitas seseorang secara terpaksa yang dikarenakan fisik tidak lagi sekuat dulu. Tubuh menjadi gemetar dan lemah, bahkan ayat 5 menggambarkan adanya rasa takut yang dirasakan pada masa usia tua. Ayat ini memberikan gambaran yang jelas tentang hari tua yang pasti dialami oleh orang muda pada suatu hari kelak. Kondisi di hari tua yang tidak terhindarkan ini membuat setiap orang kembali merenungkan apakah sebelum masa tua datang, ia telah menggunakan masa mudanya dengan benar dan telah membangun relasi dengan Penciptanya.


Ayat 6-7 menggambarkan sebuah kematian yang bisa saja terjadi secara mendadak (ay 6) dan pada akhirnya kematian yang tidak terhindarkan menghampiri setiap orang. Kematian yang bisa saja datang secara mendadak, memperlihatkan bahwa sesungguhnya kematian bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja, bahkan sebelum usia tua. Intinya, setiap orang tidak punya kepastian sama sekali, apakah dirinya akan mencapai usia tua atau tidak. Dengan demikian, mencari Sang pencipta pada masa muda merupakan sebuah urgensi. Sebab, belum tentu setiap orang bisa mencapai usia tua dan mendapat kesempatan untuk membangun relasi kepada Sang pencipta di hari tua. Jika relasi kepada Sang pencipta tidak dibangun sedini mungkin, maka sesungguhnya ke sia-siaan hidup akan menghampiri setiap orang yang mengabaikan pentingnya menjadikan Sang pencipta sebagai yang segala-galanya dalam hidup.

Pada bagian penutup kitab Pengkhotbah, penulis kitab memberikan alasan mengapa mengingat Sang pencipta merupakan sebuah urgensi dan harus dilakukan. Ayat 13 berbunyi “Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.” Ayat ini memberi pemahaman yang kuat bahwa sesungguhnya setiap manusia diciptakan dengan tujuan untuk membangun relasi kepada Sang penciptanya. Tidak ada cara yang lebih besar terhadap arti dan pemenuhan kesenangan dalam hidup, selain menjadikan Allah pencipta sebagai yang segala-galanya dalam hidup.


Melalui perenungan firman Tuhan di atas, kita kembali diingatkan bahwa mengingat Sang pencipta, merupakan sebuah urgensi. Di luar dari Dia, segala sesuatu akan sia-sia dan akan lenyap pada waktunya. Pada akhirnya segala sesuatu akan berlalu dan hanya Allah saja yang dapat bertahan dan memberikan kekekalan kepada manusia.

Oleh sebab itu, ingatlah Penciptamu!

1,466 views0 comments

Recent Posts

See All

Comentários


bottom of page