top of page

Sudah belum?

Writer's picture: Senat Bidang 2Senat Bidang 2

oleh: Yemima Ayu Angela

Matius 25 : 14 - 30

Quotes

Live Life Like Today Is The Last Day

2020 is unexpected year! Yap. Bagi saya pribadi, tahun ini penuh kejutan dan penuh perjuangan. Banyak hal terjadi dengan tidak terduga. Jika saja kita bisa menerka apa yang akan terjadi di tahun ini, pasti banyak persiapan yang akan kita lakukan bukan? Jika kita tahu akan sulit melakukan berbagai hal di tahun ini, kita mungkin akan lebih banyak melakukan hal yang berharga dan bermakna di tahun sebelumnya. Sayangnya, tidak ada yang pernah tahu apa yang akan terjadi, bahkan saat setelah kita membaca tulisan ini. Every day and every minute is unexpected.


Seperti itu juga kedatangan hari Tuhan yang sedang Tuhan Yesus gambarkan. Unexpected. Dalam rangkaian khotbah tentang Akhir Zaman, Yesus mengajarkan dan memberikan banyak penggambaran bagaimana hari Tuhan akan datang (Psl 24-25). Sebelum hari itu datang akan ada penderitaan, banyak orang murtad, dan banyak pengajar sesat. Tuhan Yesus juga menekankan nasihat untuk berjaga-jaga dan memberikan beberapa perumpamaan. Salah satunya perumpamaan tentang talenta dalam perikop renungan kita hari ini.

Perumpamaan ini memang membicarakan tentang talenta, tapi jangan terburu-buru membatasi bahwa talenta ini seumpama bakat yang Tuhan berikan kepada kita. Saya tidak mengatakan bahwa itu salah, tetapi jangan membatasinya. Perumpamaan ini juga bukan soal banyak sedikitnya talenta yang diberikan seorang tuan kepada hamba-hambanya. Ada makna yang jauh lebih dalam karena ini berkaitan dengan Parousia (kedatangan Yesus yang kedua kalinya).


Dalam perumpamaan ini, sang tuan memercayakan apa yang menjadi miliknya kepada ketiga hambanya. LAI menerjemahkan ‘miliknya’ itu sebagai harta (ay 14). Di ayat lainnya harta itu disebut talanton (talenta) yang merupakan ukuran sejumlah uang pada masa Perjanjian Baru. Di dalam ayat lainnya harta ini disebut argyrion (koin perak). Jadi, talenta di sini berupa sejumlah koin perak yang berharga. Ini merupakan sesuatu yang berharga milik tuannya yang dipercayakan kepada hamba-hambanya ketika dia hendak pergi ke luar negeri.

Tuan itu kemudian membagikan talenta miliknya tetapi tidak sama rata. Talenta itu dipercayakan masing-masing menurut kesanggupannya (Ayat 15). Tuan itu bukan berlaku tidak adil, tetapi dia justru memahami kemampuan hamba-hambanya. Seorang penafsir mengatakan, “No one received more or less than he could handle”. Jadi, sudah pasti mereka bisa menjalankan harta tuannya itu. Tetapi, bagaimana para hamba ini bertanggung jawab atas hal itu?


Ada 2 sikap yang berbeda. Hamba yang menerima 5 dan 2 talenta, pergi untuk menjalankan sejumlah uang itu sehingga mereka memperoleh hasil 2x lipat. Hasil ini menunjukkan bahwa mereka melakukan bagian mereka dengan baik dan maksimal. Tetapi, hamba yang menerima 1 talenta justru pergi menggali tanah dan menguburkan talenta tuannya. Para penafsir melihat sikap ini dilakukan karena ia tidak mau melakukan apa-apa. Hal ini memperlihatkan bahwa ia ingin lepas dari tanggung jawab yang seharusnya (dengan kata lain ia malas).


Sayangnya, kemalasan itu dilakukan dalam waktu yang panjang. Ayat 19 menunjukkan bahwa waktu yang dimiliki para hamba ini sebenarnya cukup lama. Dalam terjemahan NET dicatat, “after a long time”. Ini berarti cukup banyak waktu bagi mereka untuk mengerjakan tanggung jawab mereka sebelum tuannya datang kembali. Cukup banyak waktu bagi sang hamba yang malas itu untuk mulai bekerja. Tetapi ia tidak menggunakannya. Tibalah saat tuannya itu kembali dan melakukan perhitungan.


Hamba-hamba yang telah menjalankan uang tuannya dan memperoleh hasil memberikan laporan yang baik dan menyenangkan tuannya. Tidak peduli yang satu memperoleh lebih banyak dari yang lain, tetapi mereka melakukannya dengan maksimal. Mereka pun menerima pujian yang sama dari tuannya, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia (memikul tanggung jawab) dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (ayat 21&23).

Tetapi hamba yang memperoleh satu talenta datang dan mengatakan bahwa tuannya itu manusia kejam yang mau mendapat hasil dari yang bukan usahanya (ayat 24). Di sini tidak terlihat bahwa hamba yang memperoleh satu talenta iri dengan hamba yang lain. Ia justru menganggap tuannya kikir dan ia tidak mau bekerja untuk tuannya. Sang tuan kemudian merespons sikap hamba ini dengan satu pertanyaan yang tajam, izinkan saya memarafrasekannya, “Jadi, jika kamu tahu kalau aku ini memang kejam dan kikir, tidak menuai dari hasil usahaku sendiri bukankah seharusnya kamu melipatgandakan saja uangku supaya aku menerima hasilnya ?”


Jika tuannya memang kejam dan hamba itu takut kepadanya, bukankah sudah seharusnya dia tetap mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawabnya karena rasa takutnya kepada sang tuan? Tetapi hamba ini justru lari dari tanggung jawab yang sudah dipercayakan kepadanya. Ini lebih dari sekedar lalai. Akhirnya, hamba ini disebut sebagai hamba yang jahat dan malas. Ia pun menerima hukuman: dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling dalam, di mana terdapat ratap dan kertak gigi (ayat 30).


Begitu juga Tuhan juga mempercayakan banyak hal kepada kita. Harta, waktu, kesempatan, keahlian, pelayanan, bahkan masalah sekalipun. Semua itu adalah perkara yang Tuhan ingin kita kerjakan, kita gunakan untuk menunjukkan kemuliaan-Nya. Semua itu dibagi sesuai kesanggupan kita.


Jika Tuhan memercayakan suatu perkara, itu karena Tuhan tahu bahwa kita mampu mengerjakan perkara itu. Tidak mengerjakan atau tidak menyelesaikannya hanya membuktikan kalau kita hamba yang malas dan tidak mau berjuang. Sudahkah kita bertanggung jawab atas semua hal yang sudah dipercayakan itu? Yakobus 4:17 berkata, “jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”.

Ingatlah bahwa hari Tuhan itu datang dengan tidak terduga. Karena itu saya suka bertanya pada diri sendiri, “Jika tahun ini dunia berakhir, apakah saya siap?” Pikir saya, banyak sekali hal yang belum saya kerjakan untuk Tuhan. Saya masih ingin berbenah diri, menebarkan kebaikan & Injil, serta melayani banyak orang. Tetapi tentang hari Tuhan, siapa yang tahu? So, live life like today is the last day. Dengan begitu kita bukan hanya akan berjaga-jaga, tetapi juga berusaha mengerjakan setiap tanggung jawab kita di dunia ini dengan maksimal.


Jadi, sudah belum kita mengerjakan tanggung jawab yang dipercayakan Tuhan? Hari inilah saatnya untuk saling mengingatkan dan mulai bekerja sebelum waktunya berakhir. Hingga pada harinya nanti, saudara dan saya akan mendapat pujian yang sama dari Allah, “baik sekali perbuatanmu, hai hamba-Ku, yang baik dan setia. Masuk dan turutlah dalam kebahagiaan Tuanmu”.

83 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Senat Mahasiswa 

Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung 

2020

bottom of page