top of page

Seruan Untuk Bertobat Adalah Bentuk Belas Kasihan Allah

Writer's picture: Senat Bidang 2Senat Bidang 2

Oleh: Berna Aditya B.

Zefanya 2: 1-3

Quotes

Carilah Dia, Allah yang Penuh Dengan Belas Kasihan, Lakukanlah Kehendak-Nya, dan Hidupilah Dengan Kerendahan Hati!

Tidak asing lagi ketika kita mendengar berita kecelakan lalu lintas karena ketidaktaatan pengendara dalam berlalu lintas. Contohnya tidak memakai helm ketika mengendarai motor, kemudian terjadi kecelakaan dan membuat kepalanya terluka, bahkan ada yang sampai meninggal dunia. Sebenarnya sudah sangat jelas bahwa ada peraturan yang harus dipatuhi, guna menghindari atau meminimalisir terjadinya akibat yang parah jika mengalami kecelakaan. Banyak peringatan-peringatan yang sudah dipublikasikan. Namun ada saja orang-orang yang melanggarnya sehingga mencelakakan dirinya sendiri bahkan parahnya dapat mencelakakan orang banyak.

Kisah peringatan ini menghantarkan kita kepada kisah peringatan Nabi Zefanya terhadap bangsa Yehuda untuk bertobat sebelum datang saatnya hari penghakiman Tuhan atas mereka. Peraturan lalu lintas ada guna memperingati pengendara untuk dapat hati-hati dan terhindar dari sesuatu hal yang buruk. Namun jika ada pengendara yang melanggarnya, maka mereka menerima akibatnya. Sama seperti seruan yang disampaikan oleh Nabi Zefanya. Seruan peringatan untuk bertobatlah yang disampaikan olehnya kepada bangsa Yehuda sebelum hari murka Allah datang kepada mereka.

Dari pasal sebelumnya (Zef. 1), sudah digaung-gaungkan akan datangnya penghukuman pada hari TUHAN dan kengerian yang akan terjadi atas bangsa Yehuda. Dalam Zefanya 2:1-3 sangat jelas bahwa, Nabi Zefanya menyerukan seruannya kepada bangsa Yehuda untuk bertobat. Seruan ini disampaikan oleh Zefanya karena keberdosaan bangsa Yehuda. Dikatakan bahwa bangsa Yehuda adalah bangsa yang “acuh tak acuh”, ESV sendiri menggunakan kata “shameless nation” yang berarti bangsa yang tidak tahu malu. Bangsa Yehuda telah melakukan hal yang memalukan, tidak menunjukkan identitasnya sebagai umat perjanjian karena keberdosaan mereka. Namun Allah yang penuh dengan belas kasihan masih memberikan kesempatan kepada bangsa Yehuda untuk bertobat. Ini adalah harapan bagi bangsa Yehuda untuk benar-benar bertobat sebelum datangnya hari murka Allah terhadap mereka. Mereka akan dilindungi dari hari tersebut jikalau mereka berbalik kepada-Nya.


Seruan bertobat ini dikumandangkan dengan kata perintah yang diulang tiga kali oleh Nabi Zefanya pada ayat yang ke-3, yaitu kata “carilah”. Carilah yang pertama adalah “carilah TUHAN”, artinya yang terutama yang harus dilakukan oleh bangsa Yehuda adalah datang kepada Allah itu sendiri. Bertobat artinya sikap hati yang berbalik kepada Allah. Maka haruslah mereka membalikan arah hati mereka kepada Allah, karena hanya di dalam Allah sajalah tempat perlindungan mereka yang sejati.

Carilah yang kedua adalah “carilah keadilan”, berarti mereka harus berani melakukan apa yang benar sesuai dengan keadilan Allah. Hidup yang bertobat adalah mengerjakan apa yang benar dan adil di hadapan Allah, melakukan hukum-hukum-Nya. Carilah yang ketiga adalah “carilah kerendahan hati”. Kerendahan hati adalah sifat yang penting dimiliki untuk manusia bertobat. Bangsa Yehuda harus berbalik kepada Allah dengan kerendahan hati yang menyadari keberdosaan mereka dan ketidakberdayaan mereka untuk dapat lepas dari murka Allah jika mereka tidak bertobat. Maka dari ketiga perintah ini, Zefanya ingin menekankan bahwa hanya berbalik kepada Allah saja mereka dapat dilepaskan dari murka-Nya.

Melalui teks renungan hari ini, kita dapat belajar mengenai belas kasihan Allah bagi bangsa Yehuda. Ia masih memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat. Panggilan untuk bertobat tersebut juga masih ada sampai sekarang. Selama kita masih hidup di dunia ini, Tuhan masih memberikan kita kesempatan untuk benar-benar bertobat di hadapan-Nya. Bertobat berarti hati yang berbalik arah kepada Sang Kebenaran, yaitu Allah. Bertobat berarti meninggalkan tingkah laku kita yang jahat dan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya.


Syukur kepada Allah, Ia telah membebaskan kita dari dosa-dosa kita melalui pendamaian yang dilakukan oleh Tuhan kita Yesus Kristus di kayu salib. Allah menunjukkan belas kasihan-Nya kepada kita dengan mengutus Anak-Nya yang Tunggal, supaya kita yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Maka satu-satunya tempat perlindungan kita dari murka Allah terhadap dosa-dosa kita adalah kebenaran Yesus Kristus. Ada jaminan bagi keselamatan kita di dalam Tuhan Yesus. Jadi, hidup yang bertobat adalah hidup yang sesuai dengan kebenaran Tuhan Yesus Kristus, percaya dengan sungguh kepada-Nya, dan lalukan apa yang dikehendaki-Nya.

Pertobatan adalah proses seumur hidup. Mungkin kita akan mengalami proses jatuh bangun selama kita menjalani proses hidup pertobatan kita. Namun kita memiliki Allah Roh Kudus yang hadir di hati kita untuk terus menolong dan memimpin kita agar dapat hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Hidup yang terus mencari Tuhan, melakukan kebenaran-Nya dan hidup dengan penuh kerendahan hati adalah panggilan untuk kita semua. Ini adalah sebuah pengharapan bagi kita bahwa kita masih memilki kesempatan untuk kita sungguh-sungguh hidup terarah pada-Nya selama kita masih hidup di dalam dunia ini.

Carilah Dia, akuilah dosa kita dan bertobatlah, Allah yang penuh belas kasihan akan mengampuni kita. Marilah kita memiliki relasi yang erat dengan Dia, melakukan Firman-Nya, hidup dengan penuh kerendahan hati, dan mengikuti pimpinan Allah Roh Kudus, kelak hidup kita diubahkan menjadi serupa dengan Kristus.

Maka yang jadi pertanyaan bagi kita semua adalah dosa apakah yang belum benar-benar kita tinggalkan? Hal apa yang membuat kita masih sulit untuk sungguh-sungguh bertobat di hadapan-Nya?

2,196 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Senat Mahasiswa 

Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung 

2020

bottom of page