top of page

Respons Terhadap Kebenaran

Writer's picture: Senat Bidang 2Senat Bidang 2

Oleh: Esther Karolina Taurusli

Matius 21:23-32

Quotes

Sebagai Orang Yang Dekat Dengan Kebenaran, Iman Dan Perbuatan Kita Harus Selaras

Sebuah film berjudul “Parasite” mengisahkan bagaimana seorang laki-laki bernama Ki-woo dan keluarganya berespons dengan tidak tepat terhadap situasi yang dialami. Mereka tinggal di sebuah apartemen semi basement, yang mana letak rumah mereka lebih rendah dari jalan raya, sehingga segala kebisingan dapat terdengar jelas. Udara dalam rumah mereka ini sangat lembab dan juga terdapat banyak serangga. Hidup mereka hanya bergantung dari penghasilan melipat kotak pizza yang minim.

Suatu hari, Ki-woo bertemu dengan salah satu temannya, Min-hyuk, yang merupakan seorang mahasiswa sekaligus guru les private bahasa Inggris di sebuah keluarga kaya raya. Min-hyuk yang akan pergi keluar negeri pun menawarkan pekerjaannya tersebut kepada Ki-woo. Melihat kesempatan emas ini, Ki-woo menerima tawaran itu. Ia dengan bantuan kakak perempuannya, berhasil memalsukan ijazah dan identitasnya agar terlihat lebih kompeten sebagai guru.

Ketika Ki-woo memulai bekerja pertama kali, ia melihat bahwa keluarga kaya ini dapat membantu perekonomian keluarganya. Dengan penuh perencanaan, Ki-woo dan keluarganya memanipulasi keadaan dan identitas mereka. Akhirnya, mereka semua dapat bekerja dalam rumah itu tanpa diketahui oleh tuan rumah bahwa mereka satu keluarga. Rencanaya berjalan mulus, mereka sekeluarga juga menggunakan fasilitas dalam rumah tanpa diketahui oleh pemilik rumah. Keserakahan Ki-woo dan keluarganya akhirnya membawa malapetaka tersendiri. Ayah Ki-woo menjadi satu-satunya tersangka dalam kematian majikannya. Pada akhir film, mereka harus mempertanggung jawabkan apa yang telah mereka perbuat. Ibu dan kakak perempuan Ki-woo harus masuk ke dalam penjara, sedangkan ayah Ki-woo memutuskan untuk bersembunyi dalam ruang bawah tanah dalam rumah majikannya.

Ki-woo dalam film “Parasite” ini tentu mengetahui bahwa yang dilakukannya tidak benar, tetapi ia tetap memilih untuk melakuannya. Ki-woo tidak melakukan kebenaran yang ia ketahui. Begitu pun juga dengan kehidupan seorang Hamba Tuhan, yang terlihat bergaul erat dengan kebenaran Firman Tuhan. Hamba Tuhan memang mengetahui tentang kebenaran, tetapi bagaimana dengan kehidupannya? Apakah sudah mencerminkan apa yang telah ia ketahui? Berkaca dari kisah dalam Matius 21:23-32, kita dapat melihat imam-iman dan tua-tua Yahudi yang mengetahui kebenaran, tetapi mereka tidak benar-benar hidup di dalamnya. Mereka sebagai pemuka agama (hamba Tuhan) yang dekat dengan kebenaran seharusnya hidup juga dalam kebenaran tersebut. Tapi, mereka malah bertindak sebaliknya. Bahkan sengaja menanipulasi pertanyaan agar mereka terhindar dari kecaman masyarakat (ay. 23-27a).

Sama halnya dengan para imam dan tua-tua Yahudi, anak pertama dari kisah perumpamaan tentang dua anak pun menampilkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kebenaran yang diketahuinya. Bisa dikatakan anak pertama ini mengetahui kebenaran dan apa yang harus ia lakukan, tetapi tidak melakukannya. Berbeda dengan anak kedua, ia awalnya menolak perintah bapa, tetapi pada akhirnya ia menyesal dan melakukannya. Respons dari anak kedua ini menggambarkan respons orang yang awalnya tidak mengetahui kebenaran, tetapi ia bertobat dan menjalankan kebenaran. Dalam perumpamaan ini, Yesus mengambarkan orang seperti ini seperti pemungut cukai dan perempuan sundal (ay. 31). Seperti yang kita ketahui, pemungut cukai dan perempuan sundal merupakan orang-orang yang dianggap paling berdosa pada masa itu. Gambaran tersebut cukup mewakili orang berdosa yang mendengar kebenaran Firman Tuhan dan bertobat serta menghidupi kebenaran.

Melalui perumpamaan ini, kita dapat melihat bahwa terdapat dua jenis respons hati terhadap kebenaran. Respons pertama adalah mengetahui kebenaran dan tidak menjalankannya. Respons kedua, mengetahui kebenaran dan melakukan kebenaran tersebut. Respons manakah yang lebih baik? Tentu dengan cepat kita akan menjawab respons kedua. Respons yang menunjukan sikap hati yang benar-benar beriman dan percaya dengan kebenaran. Namun, ketika kita menilik kehidupan kita sebagai seorang mahasiswa teologi, respons manakah yang ada dalam diri kita? Seperti siapakah respons kita terhadap kebenaran Firman Tuhan? Anak pertama atau anak kedua?

Sebagai mahasiswa teologi yang mengenal kebenaran Firman Tuhan, seharusnya kita dapat benar-benar hidup percaya sungguh-sungguh terhadap kebenaran tersebut. Seharusnya kita tidak hanya pandai berucap tentang kebenaran saja, melainkan kebenaran itu dapat diinternalisasi sehingga dapat terwujud nyata dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai orang yang dekat dengan kebenaran, iman dan perbuatan kita harus selaras. Marilah kita telaah kembali respons kita terhadap kebenaran yang kita pelajari. Respons seperti apakah yang kita miliki?

24 views1 comment

Recent Posts

See All

1 comentário


Yawan Yafet Wirawan
Yawan Yafet Wirawan
30 de set. de 2020

Thanks untuk perenungannya ci Esther. hal ini adalah hal yang terus menerus saya gumulkan untuk menyelaraskan bagaiamana perkataan dan pengetahuan yang saya miliki dengan perilaku dan respons saya dalam kehidupan sehari-hari. terkadang hal tersebut masih menjadi hal sangat sulit bagi saya secara pribadi.

Curtir

Senat Mahasiswa 

Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung 

2020

bottom of page