Oleh: Tiatira Teresa Dewanto
Mazmur 114
Quotes
Jangan Sampai Kebebalan Kita Menghalangi Seseorang Untuk Gemetar Di Hadapan Allah Yang Mahakuasa
Penantian akan hari ulang tahun adalah penantian yang menyenangkan bagi saya. Merayakan umur baru sebagai kesempatan baru dan flashback melihat perjalanan hidup, menjadi inti dari perayaan hari ulang tahun. Melihat ke belakang dan merefleksikan perjalanan hidup selalu menimbulkan rasa kagum, syukur, bahkan bangga karena bisa melalui semua itu.
Melihat ke belakang dan merefleksikan kehidupan yang sudah saya jalani selama 20 tahun, banyak hal yang membuat saya terkagum-kagum. Fakta bahwa saya sedang menempuh studi di STTAA dengan konsentrasi Pendidikan Kristen adalah salah satu hal yang mencengangkan dalam hidup saya, mengingat saya pernah memiliki kenangan pahit dengan seorang guru yang membuat saya benci untuk berkata benar dan sangat membenci sosok guru. Saya masih ingat betapa bencinya saya kepada sosok guru dan juga benci kepada diri saya sendiri karena sudah berkata benar. Dengan logika manusia, merupakan hal yang mustahil bagi saya, dengan rasa benci saya, untuk mau dibentuk menjadi seorang penyuara Kebenaran bahkan memiliki antusias yang tinggi dalam dunia pendidikan. Mustahil, namun terjadi. Kisah tersebut menjadi satu dari sekian banyak kisah dalam hidup saya yang saya rayakan. Saya rayakan agar selalu diingat dan dimaknai.
Melihat konteks zamannya, merupakan hal yang mustahil juga bagi Bangsa Israel untuk bisa bebas dari Mesir yang merupakan Bangsa adikuasa pada masanya. Musa, seorang yang nasib hidupnya mengalir mengikuti arus sungai Nil, hendak menghadap Firaun untuk membebaskan Bangsa Israel? Logika manusia akan berkata “mustahil.” Namun lagi-lagi, hal tersebut telah terjadi dan telah tergenapi. Telah dicatat bahwa Bangsa Israel yang sebelumnya hidup tertindas dan terisolasi, telah Allah bebaskan sebagai umat pilihan dan telah hidup di tanah yang dijanjikan-Nya dengan kelimpahannya. Kehidupan Bangsa Israel yang terbelenggu karena Bangsa Mesir telah dimerdekakan oleh Allah, bahkan dipilih menjadi bangsa kepunyaan-Nya.
Mazmur 114 mengekspresikan kekaguman pemazmur kepada Allah akan keluarnya Bangsa Israel dari Mesir dengan tata bahasa yang sangat indah. Ayat 1 dan 2 dengan puitis menyatakan bagaimana Allah mentransformasi kehidupan Bangsa Israel secara drastis dengan menetapkan tempat kudusnya dan kekuasaannya yang selama ini ada dibawah kendali Mesir.
Kekaguman pemazmur dilanjutkan dengan menceritakan kemustahilan-kemustahilan yang terjadi sepanjang perjalanan Bangsa Israel menuju tanah perjanjian. Merupakan hal yang ajaib dan mustahil ketika alam melawan hukumnya sendiri hanya untuk menyelamatkan Bangsa Israel. Laut melarikan diri, sungai berbalik ke hulu, semuanya adalah kejadian yang mustahil terjadi, namun tercatat bahwa hal itu sungguh dan benar-benar terjadi.
Kekagumannya yang meluap-luap dituangkan pemazmur dalam nada dan mood yang retoris dan mengejek. Ayat 5-6 dengan jelas mempertanyakan kekuasaan dari alam. Pemazmur “mengejek” alam karena ketidakberdayaannya. Namun dengan cepat, suasana retoris tersebut berubah menjadi tegas dan serius ketika pemazmur menyatakan otoritas Allah yang bertakhta. Pemazmur dengan tegas memerintahkan bumi untuk gemetar dihadapan Tuhan, Allah Yakub. Pemazmur sadar dengan jelas bahwa segala kemustahilan yang terjadi dalam perjalanan Bangsa Israel menuju tanah perjanjian, semata-mata adalah karya tangan Allah sendiri. Gemetar di hadapan Allah menjadi respon yang diperintahkan oleh pemazmur untuk bumi dan seluruh isinya.
Kejadian yang mengagumkan dan ajaib ini harus senantiasa diingat dan dimaknai. Sebagaimana perjalanan hidup seseorang yang dirayakan setiap tahunnya menyadarkan identitasnya, perjalanan Bangsa Israel menuju tanah perjanjian juga menyadarkan identitasnya sebagai umat pilihan yang telah diselamatkan. Perjalanan yang memberikan hidup dan pengharapan bagi umat pilihan merupakan Janji yang dianugerahkan-Nya. Anugerah inilah yang senantiasa dirayakan Bangsa Yahudi. Setiap tahunnya, mereka merayakan peristiwa keluarnya Bangsa Israel dari Mesir sehingga anak dan cucu merekapun juga bisa ikut mengetahui dan memaknainya.
Allah yang membebaskan Bangsa Israel keluar dari Mesir juga adalah Allah yang membebaskan kita, yaitu membebaskan kita dari belenggu dosa melalui Kristus. Kristus telah datang untuk memberikan hidup dan kemenangan atas dosa, itulah yang kita rayakan setiap tahunnya di hari paskah. Namun terlebih dari itu, kemenangan yang Kristus anugerahkan kepada kita harus dirayakan setiap harinya dengan menjalankan hidup yang membuat bumi dan segala isinya gemetar di hadapan Allah. Manusia yang terbatas akan senantiasa mengahadapi rintangan dalam hidup yang terlihat mustahil untuk dilewati. Namun bersyukurlah karena Allah kita adalah Allah yang mampu melakukan hal-hal mustahil.
Tanpa Kristus yang menyelamatkan, ini semua adalah mustahil. Mustahil bagi saya untuk dapat menuliskan renungan ini dan mustahil juga bagi rekan-rekan untuk bisa membaca perenungan saya ini. Rekan-rekan, kehidupan kita sepenuhnya adalah milik Allah. Maka bukankah sudah menjadi respon yang tepat bagi kita untuk merayakan kehidupan kita dengan memuliakan nama-Nya? Bukankah sudah menjadi respon yang tepat bagi kita untuk menjalani hidup yang membuat orang gemetar dihadapan-Nya? Jangan sampai kebebalan kita menghalangi seseorang untuk gemetar di hadapan Allah yang Mahakuasa. Mari rayakan hidup kita sebagai kesaksian hidup akan Allah yang Mahakuasa!
- Allah sebagai pembebas dan penyelamat, akankah ini dapat terefleksi dalam umatnya? - Perayaan yang seperti apa sedang kita rayakan? Thankyou untuk perenungan yang indah mengenai mazmur 114 ini :)
Terima kasih, Tira..