top of page

Memberi Dengan Bermurah Hati

Writer's picture: Senat Bidang 2Senat Bidang 2

Updated: Sep 25, 2020

Oleh: Indri Sukristiwati

Matius 6:1-4

Quotes

Ketika Kita Mau Memberi Dan Membagun Sikap Dengan Bermurah Hati, Maka Kita Akan Memberikan Sikap Yang Istimewa Bagi Orang Itu

Memberi merupakan sesuatu yang ingin dibagikan dan disampaikan kepada siapapun itu orangnya. Tentu saja kataini sangat umum didengar mungkin dari kebanyakan orang pernah melakukannya. Baik itu membagi dan menyalurkan makanan, sembako, atau bahkan memberi tumpangan kepada orang lain. Hal ini biasanya bertujuan supaya, si penerima dapat diringankan dalam memenuhi kebutuhannya. Sebaliknya si pemberi dapat berbagi dari kelebihannya, bahkan mungkin juga memberi dengan kerelaan hatinya. Akan tetapi nats Matius sebaliknya menunjukan kenyatan yang berbeda. Pada nats Matius ini Allah mengingatkan umat-Nya mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh umat-Nya untuk menaati-Nya.


Mengacu pada kebiasaan kewajiban keagamaan yang dilakukan umat-Nya untuk dipertontonkan kepada orang lain. Kewajiban keagaman ini diartikan dalam Alkitab edisi studi sebagai hal yang kegiatannya adalah memberi uang terhadap orang yang berkekurangan atau dapat dikatakan miskin. Sebaliknya dalam pandangan orang Yahudi sedekah atau memberi memiliki aspek yang terpenting bagi mereka yang dapat disebutkan seperti, memberi orang miskin, doa, dan puasa. Ketiga hal terpenting yang menjadi keharusan bagi orang Yahudi. Mengacu pada perbuatan tersebut, memberi dilakukan semata-mata sebagai respons penghormatan serta pelayanan yang dilakukan untuk Allah yang disalurkan melalui beberapa hal tertentu.


Pada dasarnya berdoa dengan sepenuh hati, berpuasa, dan memberi sedekah dengan kekayaan yang kita punya, dapat mengarah kepada kewajiban keagamaan yang terdapat dalam nats Matius. Dalam nats di Matius ini, Allah bukan saja meminta umat-Nya untuk menjauhi kejahatan. Akan tetapi Ia mau umat-Nya mengerjakan hal kebaikan secara benar. Dengan kerelaan hati, yang didasari oleh memberi dalam kebajikan, supaya dengan demikian pekerjaan baik kita merespons kebaikan Allah. Teguran Allah bagi umat-Nya mengingatkan saya dan setiap kita untuk berhati-hati terhadap kemunafikan dalam hal memberi sedekah. Kepura-puraan dalam memberi sedekah menandai perlakuan dosa itu sendiri.

Kita ada di dalam keadaan yang berbahaya akibat dosa yang tidak nampak atau terlihat. Hal ini karena posisi kita terkadang terlihat baik di depan orang akan tetapi sangat jauh dari realita motivasi kita yang salah. Akibatnya kedudukan kita yang tidak berguna tergambar secara halus di dalam perilaku kita sebelum kita menyadarinya. Murid-murid Kristus mungkin saja bisa terpengaruh melakukan kemunafikan yang seakan-akan percaya dan setia pada Allah. Akan tetapi pada kenyataanya kesetiannya palsu. Ada kemungkinan karena mereka memiliki kuasa untuk melakukan mujizat dan mereka juga hidup dengan sebagian orang yang menganguminya, dan sebaliknya juga hidup diantara orang yang tidak menyukainya. Keadaan yang ditunjukan di dalam kehidupan yang berada ditengah-tengah kemunafikan merupakan bagian dosa yang diwaspadai bagi umat Allah. Sebab jika kemunafikan menguasai diri umat Allah maka ada kemungkinan sikap ini mencemari dan menghancurkan, kehidupan umat Allah yang benar. Pada kenyatannya antara kedua golongan ini merupakan tantangan bagi murid-murid Kristus untuk menonjolkan diri dalam keinginan daging.


Memberi sedekah merupakan keharusan yang penting untuk dikerjakan semua murid Kristus dalam kemampuan masing-masing. Keharusan memberi tidak mengurangi kepentingan pribadi kita sekalipun sudah disalahgunakan oleh ketidak tulusan orang-orang munafik untuk keperluan harga diri yang berlebihan. Nats Matius ini Allah mengingatkan mengenai ketiga hal yang penting bagi Yahudi dalam pandangannya. Kembali di sini ditegaskan bahwa Allah tidak ingin umat-Nya menyalahgunakan kewajiban-kewajiban yang baik. Hanya semata untuk sebatas menerima pengakuan yang layak dari orang lain.


Tuhan mengingatkan mengenai bagaimana seharusnya kita memiliki sikap memberi kepada orang lain. Firman Tuhan mendorong kita untuk hidup dengan tangan terbuka. Dengan kata lain, kita memberi dengan tulus hati, menyediakan bagi mereka yang berkekurangan. Tuhan ingin kita umat-Nya memberi tanpa harus mendemonstrasikan kepada orang untuk mendapatkan pujian. Akan tetapi Ia mau kita memiliki gaya hidup memberi dengan kemurahan hati (1 Timotius 6:18). Maka, memberi bukan bertujuan untuk mendapatkan kemulian sebab hal demikian sangat melenceng jauh dari apa yang Tuhan telah perintahkan.

Bahkan Allah melihat hati kita bukan apa yang kita beri dan seberapa besarnya. Namun ketulusan hati yang penuh kasih untuk memberi. Seperti halnya yang telah dilakukan oleh seorang janda miskin memberi penuh dari kekurangannya (Lukas 21:4). Sadar tidak sadar terkadang dalam kehidupan kita memberi dengan motivasi yang berbeda-beda. Namun di nats ini Allah mengajarkan kepada saya dan setiap umat-Nya untuk memberi dengan kasih tanpa harus diperlihatkan kepada orang lain. Ditengah-tengah kehidupan kita ini ada banyak hal yang patut kita perhatikan dalam hal memberi. Apakah kita benar tulus atau hanya karena ingin pamor semata.


Tindakan yang ditunujukan benar adanya yang dilakukan akan tetapi hal ini tidak mengarah pada kepatuhan kepada Allah. Jika yang ditampilkan hanyalah kebanggan diri kita, pada kesombongan dan kemuliaan yang tidak berguna. Bukan dengan berbelas kasihan kepada kaum miskin melainkan tergambar untuk mendapatkan kemulian atas namanya sendiri. Penghargaan yang didapatkan seolah-olah mengarah pada kepentingan mereka sendiri dengan tujuan yang salah.“ Aku berkata kepadamu: sesunguhnya mereka sudah mendapat upahnya.(2 ) Upah yang tidak dijanjikan Allah bagi mereka yang penuh dengan kemunafikan, sebab mereka mengikuti keyakinannya sendiri yang menipu diri sendiri. Orang duniawi mengadakan persekutuan dengan Allah hanya karena memiliki kepentingan dalam dirinya sendiri untuk pendapatkan kedudukan, kehormatan, dan kekayaan.


Tindakan yang baik menurut ukuran mereka, akan tetapi tidak berseberangan dengan kehendak Tuhan, sebab mereka akan ditolak dalam kepalsuannya. Dari hal ini saya dapat belajar dari Allah yang adalah teladan dalam kerendahan hati yang meminta murid serta umatnya memiliki hati yang sama dengan Kristus sebagai teladan umatnya. “Jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.”(3) Kesedian dan ketulusan hati dalam melakukan pekerjaan baik, adalah sikap yang mau menolong orang, mengangkat mereka, membalut luka, berbagi kasih tanpa harus memegahkan diri.


Pekerjaan baik apapun yang dilakukan rahasiakanlah untuk dirimu sendiri tanpa harus dipamerkan kepada orang lain. Pekerjaan yang baik bukan memberi nama untuk kita. Sebab “semua tindakan kita harus dipengaruhi rasa hormat terhadap orang yang menerima bukan yang melihatnya.” Mari kita sama-sama belajar untuk menerapkan hal yang sederhana yakni sikap yang mau memperlakukan orang lain dengan istimewa. Sesuai dengan kemurahan hati yang telah Allah ajarkan, sebab Allah memperhatikan sikap yang mau rendah hati tanpa mengumbar kebaikan untuk diberi penghargaan. Upah yang kita diterima dengan limpah-limpah diberikan kepada kita semata karena Allah yang penuh kasih itu.

55 views3 comments

Recent Posts

See All

3 Comments


Terima kasih Indri, renungan ini mengingatkan bahwa dalam melakukan segala sesuatu, termasuk memberi, maka hal paling terutama adalah motivasi hati kita di hadapan Tuhan.

Like

Stepanus Stepanus
Stepanus Stepanus
Sep 24, 2020

Thanks Untuk Renungannya Indri. Terkadang kita memberi kepada orang lain tetapi mengharapkan sesuatu. Bahkan kita menyadari hal itu. Melalui Renungan ini, saya belajar bahwa memberi itu harus dengan ketulusan kepada siapapun yang memerlukan. GBU

Like

Andre Saputra
Andre Saputra
Sep 24, 2020

Sebuah renungan yang mengingatkan bahwa hal spesial dapat datang dari hal yang sederhana yang dibalut dalam ketulusan. Thankyou Indri :)

Like

Senat Mahasiswa 

Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung 

2020

bottom of page