Oleh: Calvin Hilkia Godlip
Yohanes 6: 4-14
Quotes
Semakin Berat Dan Lama Permasalahan, Semakin Sadar Bahwa Diri Kita Perlu Tuhan.
Ketika saya masih SMA, ada satu moment ketika pagi hari, guru satu pelajaran ini tiba-tiba masuk lalu membuat quiz dadakan dan setiap anak yang ditunjuk harus menjawab soal yang dia berikan. Satu persatu teman saya ditanya dari depan dan hampir semua anak tidak bisa menjawab soal yang diberikan. Saya yang duduk di belakang sudah khawatir akan giliran saya nanti. Akan tetapi, teman bangku saya berbisik kepada saya dan memberi tahu bahwa soal yang ditanyakan memang bahan yang belum pernah diajarkan di kelas sebelumnya, makanya hampir semua yang ditanya tidak ada yang bisa menjawab. Lalu, teman saya ketika sudah gilirannya ditanya, dia hanya menjawab dengan santai ,” Pak, bukannya topik ini baru mau kita pelajari hari ini?” Lalu, Bapak tertawa dan mengatakan,” Nah, itu jawaban yang saya cari dari tadi, apa susahnya sih bilang kalau materi yang bapak tanya ini baru akan dibahas hari ini?” Suasana kelas langsung menjadi cair kembali.
Hal serupa yang mungkin terjadi dan dialami oleh para murid-murid Yesus di dalam perikop ini. Di dalam pasal ini, kita diperlihatkan di ayat 5, ketika Yesus melihat ada banyak orang yang datang kepada- Nya, Dia menanyakan kepada salah satu murid-Nya dimana ada roti supaya mereka semua makan? Pertanyaan ini sebenernya kalau kita perhatikan menjadi pertanyaan yang tidak masuk akal untuk seorang Yesus. Kita semua tahu bahwa Yesus bisa melakukan mujizat dalam sekejap, dapat melakukan sesuatu yang mustahil. Akan tetapi, mengapa Yesus bertanya kepada Filipus mengenai ini? Di pasal 6 ternyata dijelaskan bahwa ternyata Yesus menanyakan hal tersebut untuk menguji Filipus. Lalu, yang menjadi pertanyaannya adalah, untuk apa Filipus diuji? Jawabannya kita bisa lihat di ayat selanjutnya. Di pasal 7, Filipus mencoba untuk menjawab pertanyaan yang Yesus sampaikan. Filipus bahkan mengatakan bahwa roti dengan harga dua ratus dinar saja tidak akan cukup untuk memberi makan semua orang yang ada pada saat itu. Kalau 1 roti seharga 200 dinar, sedangkan 1 dinar merupakan sekitar gaji per 1 hari (Matius 20:2).
Dengan kata lain, Filipus ingin mengatakan bahwa kurang lebih perlu waktu setengah tahun untuk memberi makan semua orang yang ada pada saat itu. Lalu murid-murid yang lain mencoba untuk membantu dengan memberi tahu bahwa ada seorang anak yang mempunyai 5 roti dan 2 ikan pada saat itu. Ketika kita sendiri membaca akan hal ini, seolah-olah yang dilakukan oleh murid-murid yang lain merupakan hal yang sia-sia karena dengan adanya 5 roti dan 2 ikan pun tidak akan cukup untuk memberi makan 5000 orang. Akan tetapi, respon Yesus ketika mendengar akan hal itu malah menyuruh 5000 orang tersebut untuk duduk, lalu Yesus mengucap syukur dan membagikannya kepada mereka. Hal yang menjadi perhatian kita seringkali adalah ketika Yesus dapat memberi makan 5000 orang hanya dengan 5 roti dan 2 ikan. Ini bukan hal yang salah. Akan tetapi, yang menjadi point dari perikop ini bukanlah terletak di mujizat dari 5 roti dan 2 ikan, tetapi yang seharusnya diperhatikan adalah di dalam ayat 5 dan 6. Di dalam ayat ke 6, sudah sangat jelas bahwa Yesus sebenarnya sudah tau apa yang harus dan yang akan Dia lakukan. Akan tetapi, Yesus ingin mengetahui respons dari murid-murid-Nya ketika mereka sedang di dalam masalah.
Yesus ingin melihat apakah yang mereka pikirkan ketika mereka sudah menjadi murid Yesus dan saat itu mereka menghadapi masalah yang besar. Yesus ingin melihat apa respons dari murid-murid saat mereka menghadapi masalah yang sulit diselesaikan?
Seringkali di dalam kehidupan kita, Tuhan ingin menguji diri kita melalui masalah yang ada. Kita seringkali berpikir bahwa Tuhan bisa saja kan langsung untuk menyelesaikan setiap permasalahan kita dalam sekejap, atau kita berpikir kenapa ketika saya memberi tahu akan masalah saya, Tuhan tidak langsung untuk menyelesaikan saat itu juga? BISA SAJA!! Akan tetapi, hal tersebut tidak akan membuat kita menyadari bahwa memang diri kita tidak mampu dan kita perlu Tuhan untuk menyelesaikan permasalahan kita. Dengan adanya “ujian” yang Tuhan berikan kepada kita dengan tidak secara langsung menyelesaikan permasalahan kita, justru dengan hal itu kita akan semakin menyadari bahwa kita perlu Tuhan untuk menyelesaikan semua permasalahan, bukan dengan segala kekuatan yang kita miliki.
Pada akhirnya, yang menjadi pertanyaan untuk kita semua refleksikan adalah “Apakah kita semua sudah menyadari bahwa semakin berat permasalahan yang kita hadapi, berarti di saat yang sama kita semakin memerlukan Tuhan?”
terima kasih Calvin untuk refleksi yang sudah dibagikan kepada kami semua. sangat disayangkan memang, masalah yang banyak orang hadapi termasuk saya, bukan membuat kita semakin sadar bahwa kita memerlukan Tuhan. dari perenungan ini kembali diingatkan bahwa dalam segala hal kita akan selalu membutuhkan Tuhan.