top of page

Lupa Diri? Ingatlah Padang Gurun

Writer's picture: Senat Bidang 2Senat Bidang 2

Updated: Oct 23, 2020

Oleh: Fhilips Palentein

Ulangan 8:7-18

Quotes

Menderita, Sukacita, Ingatlah Padang Gurun!

Siapa yang tidak tahu dengan padang gurun. Bahkan tanpa harus ke padang gurun, mayoritas orang akan mengatakan, “Ya, saya tahu tempat itu.” Tempat yang kering, gersang, panas, dan bisa dikatakan tidak ada kehidupan yang pasti di sana. Itulah padang gurun. Sulit menemukan air, sulit menemukan tempat berteduh, badai pasir setiap saat yang bisa membuat manusia yang ada di situ kehilangan hidupnya. Itulah padang gurun. Seringkali padang gurun diidentikan dengan tidak adanya kehidupan dan memperlihatkan suasana yang miris. Maka tidak seorang pun yang mau untuk menetap di padang gurun. Jadi adalah hal yang wajar apabila saya katakan padang gurun menjadi tempat yang mengerikan bahkan menyedihkan. Namun yang menjadi pertanyaannya adalah, seburuk itukah padang gurun?


Realitanya padang gurun memang menjadi tempat yang tidak menyenangkan sama sekali. Itulah yang dialami oleh bangsa Israel ketika mereka diberikan kesempatan oleh Allah untuk berada di sana. Selama 40 tahun bangsa Israel diizinkan Allah untuk merasakan ketakutan, cobaan, rasa lapar dan haus, dan ketiadaan hidup yang enak. Di tengah ketidaknikmatan hidup yang dialami bangsa Israel, justru inilah yang memperlihatkan bahwa padang gurun menjadi tempat yang indah. Tidak seburuk apa yang kita pikirkan selama ini. Ulangan 8:7-18 merupakan bukti dari keindahan padang gurun. Apa maksud dari keindahan padang gurun? Apakah berarti pernyataan bahwa padang gurun adalah tempat yang menyedihkan adalah salah? Tentu tidak. Realita kesengsaraan yang di padang gurun, itulah yang dialami bangsa Israel. Jadi apa yang dimaksud dengan padang gurun tempat yang indah?

Padang gurun menjadi tempat persinggahan yang indah, karena di tengah penderitaan, kesengsaraan bahkan ketiadaan harapan untuk hidup, justru Allah menunjukkan kebaikan-Nya kepada bangsa Israel yang nantinya akan dinikmati. Hal itulah yang muncul melalui Ulangan 8:7-18. Ayat 7-10 dengan jelas memperlihatkan penyertaan Allah kepada bangsa Israel. Ketika mereka diizinkan Allah berada di padang gurun, yang nantinya akan menuntun mereka ke tempat yang penuh berkat Tuhan, yaitu tanah perjanjian. Ayat 7 mengawali berkat Tuhan bagi Israel, di mana bangsa Israel akan hidup di dalam negeri yang baik. Negeri yang baik yang Allah janjikan kepada bangsa Israel kemudian dijelaskan sedemikian rupa pada ayat 7b-9. Negeri yang indah, subur dan berkelimpahan yang diperlihatkan melalui ayat7-9 merupakan ciri dari kehidupan yang mewah dan berlimpah berkat.


Namun kemewahan dan kenikmatan dari negeri yang baik yang Allah berikan kepada bangsa Israel harus diresponi dengan pujian kepada Allah karena kebaikan-Nya (ay, 10). Hal tersebut ingin menjelaskan bahwa pujian kepada Allah akan mendorong bangsa Israel untuk terus menerus merasakan kebaikan Allah. Akan tetapi di tengah kebaikan Allah dengan memberikan tanah perjanjian, yaitu negeri yang baik untuk dinikmati bangsa Israel, Allah memperingati bangsa Israel untuk hidup bergantung kepada Allah dan tidak hanyut karena kenikmatan yang diterima dari Allah. Ayat 7-18 memperlihatkan bagaimana Allah memperingati bangsa Israel supaya dalam kondisi kenyang dan kondisi aman serta kenyamanan bahkan kelimpahan tidak membuat mereka hanyut dalam kemegehan diri dan melupakan Allah (ay. 11). Maka bangsa Israel sudah seharusnya mengingat kasih dan kebaikan Allah yang membawa mereka keluar dari perbudakan, mencukupi kebutuhan hidup mereka ketika berada di padang gurun bahkan menuntun mereka menikmati negeri yang baik itu.

Ketika bangsa Israel sudah menikmati berkat Allah (7-9; 12,13), sekali lagi bangsa Israel diingatkan untuk tidak tinggi hati dan merasa hebat. Karena kebebasan dari perbudakan, luput dari bahaya padang gurun yang kemudian membawa mereka kepada negeri yang baik yaitu tanah perjanjian itu (ay. 14-16) adalah karena kebaikan Allah yang senantiasa menyertai bangsa Israel, yang memberi mereka kekuatan dan berkat yang melimpah (ay. 18). Oleh karena itu bangsa Israel terus menerus diingatkan untuk meresponi berkat dari Allah dengan memuji Allah (ay. 10) bukan dengan kesombongan, kemegahan dan merasa diri layak untuk mendapatkan berkat tersebut (ay. 17).

Melalui uraian Firman Tuhan mengenai perjalanan bangsa Israel dari padang gurun menuju tanah perjanjian yang muncul dalam Ulangan 7:8-18 menggambarkan perjalanan hidup manusia hingga saat ini. Menariknya, kondisi kehidupan manusia di dunia ini, sedikit banyak mirip dengan padang gurun. Kesedihan, kemarahan, kekecewaan bahkan merasa hidup tidak berarti hadir mewarnai hidup manusia. Terdengar seperti tidak adanya harapan bahkan pertolongan. Namun pertanyaannya, seburuk itukah kondisi hidup kita? Jawabannya tidak. Ketika Tuhan mengizinkan kita mengalami semua hal itu, kekecewaan, kesedihan dan penderitaan, Allah justru ingin supaya kita tetap bersandar kepada Allah karena janji-Nya bagi setiap kita. Ia akan senantiasa menyertai kita dengan berkat-berkat-Nya, sehingga di tengah kepenatan dan kesesakan hidup kita di dunia, kita dapat merasakan kebaikan Tuhan yang begitu indah.


Ketika bangsa Israel diizinkaan Allah ada di padang gurun, Allah senantiasa menyertai mereka bahkan sampai menuju negeri yang baik, tempat yang indah dan penuh berkat dari Allah untuk bangsa Israel nikmati. Begitu juga dengan hidup kita, Allah mengizinkan kita ada di dunia ini dengan berbagai macam pergumulan, namun Tuhan dengan setia menyertai, memelihara dan menolong kita supaya hidup memuji Allah, memuliakan Allah dan menikmati Allah di dalam hidup kita hari ini sampai nantinya kita menikmati negeri yang baik itu. Maka respons dan kesadaran inilah yang Tuhan ingin hadir dalam hidup kita supaya pernyertaan, dan berkat-Nya bagi kita membuat kita semakin setia dan bersandar kepada-Nya dan bukan terlena karena berkat, terlena karena merasa diri layak menerima berkat Tuhan, terlena karena kemegahan diri. Sekarang pertanyaannya adalah, dapatkah padang gurun itu menjadi tempat yang indah? Jawabannya “IYA.”


Yang menjadi pertanyaan bagi kita semua adalah, apakah kita mengenal dengan benar Allah kita dan mengalami kebaikan-Nya dengan respons yang benar?

96 views5 comments

Recent Posts

See All

5 Comments


Thank you. Sangat memberkati.

Like

fitrimanalu190899
Oct 21, 2020

Sangat terberkati ls...

Thank you very much and reminder again...

Like

Kata bersyukur seringkali diucapkan namun belum tentu dihidupi ya. Sungguh klise ketika manusia menikmati berkat namun melupakan Sang Pemberi. Terima kasih untuk renungan yang mengingatkan kita semua untuk terus menikmati kebaikan-Nya dengan respons yang benar 🙏🏻

Like

Andre Saputra
Andre Saputra
Oct 20, 2020

Padang yang hijau bisa terasa kering tanpa penyertaan-Nya - padang yang kering terasa segar karena penyertaan-Nya.

Like

Ada rencana Allah yang baik untuk kita semua.

Like

Senat Mahasiswa 

Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung 

2020

bottom of page