top of page

Ketaatan Sebagai Wujud Pengharapan

Writer's picture: Senat Bidang 2Senat Bidang 2

Oleh: Eunike Christina

Matius 7:24-27

Quotes

Wujud Dari Pengharapan Akan Keselamatan Hidup yang Kekal Adalah Melakukan Firman Tuhan

Unsur utama dalam konstruksi sebuah bangunan adalah fondasi. Fondasi merupakan dasar yang menopang keseluruhan sebuah bangunan. Kokoh tidaknya fondasi itulah yang akan menentukan nasib akhir dari bangunan yang didirikan diatasnya. Oleh karena itu, kualitas dan posisi yang benar suatu fondasi merupakan hal yang vital untuk diperhatikan oleh setiap orang dalam mendirikan suatu bangunan. Tanpa hal ini, bangunan yang didirikan tidak mungkin akan mampu berdiri tegak dengan kokoh.


Banyak dari kita tentu tidak asing lagi dengan menara Pisa. Ya, menara terkenal yang terletak di Italia ini tidak berdiri sebagaimana menara pada normalnya. Menara ini berdiri dengan miring seolah akan tumbang. Pasalnya, kemiringan menara ini bukan karena sengaja dibuat. Hal ini merupakan akibat dari komposisi struktur tanah yang menopang berdirinya menara ini. [1]

Struktur tanah tersebut terdiri atas pasir, tanah liat, serta endapan dari beberapa sungai.[2] Selain itu, fondasi yang dangkal menjadi faktor utama peneyebab miringnya menara ini.[3] Namun demikian, kasus menara Pisa ini hanyalah salah satu contoh yang dapat memperlihatkan betapa pentingnya fondasi yang kuat dengan posisi yang benar untuk menopang sebuah bangunan. Ada banyak kasus lainnya yang dapat memperlihatkan urgensi dari hal ini. Tidak hanya dapat mengakibatkan kemiringan. Hal ini, bahkan juga dapat mengakibatkan runtuhnya sebuah bangunan.



Dalam pengajaran yang disampaikan Tuhan Yesus di atas bukit, Ia mengakhiri perkataan-Nya dengan memberikan sebuah perumpamaan sebagai penutup. Setelah menyampaikan pengajaran tentang berbagai hal, Yesus berbicara mengenai respon dari setiap orang yang akan muncul terhadap perkataan-Nya. Ada dua tipe orang dalam berespon terhadap perkataan Tuhan. Tipe pertama adalah orang yang mendengar perkataan-Nya dan melakukannya. Kedua, orang yang mendengar perkataan-Nya dan tidak melakukannya.


Di dalam ayat 24 dikatakan bahwa, setiap orang dengan tipe pertama merupakan orang yang bijaksana. Yesus mengibaratkan mereka dengan orang yang membangun rumahnya di atas batu. Ayat 25 memberikan penjelasan tentang hal ini. Batu merupakan sebuah benda keras yang kuat untuk dijadikan dasar dalam mendirikan rumah. Oleh karena itu, rumah yang didirikan diatasnya akan mampu bertahan dan tidak roboh sekalipun dilanda oleh hujan, banjir, maupun angin.


Bagian ini memperlihatkan kepada kita bahwa, respon ketaatan kita terhadap setiap perkataan Yesus adalah respon yang sangat penting. Ketaatan yang dimaksud adalah ketaatan yang bukan hanya sekadar taat untuk mendengar, melainkan mendengar dan melakukan apa yang Yesus katakan. Setiap perkataan Yesus merupakan kebenaran yang menuntun dan melindungi kita dalam menjalani kehidupan ini, agar tetap berjalan di jalan menuju keselamatan sesuai kehendak-Nya. Dengan demikian, mendengar dan melakukan apa yang Yesus katakan merupakan dasar yang kuat untuk meletakkan pengharapan kita agar beroleh keselamatan hidup yang kekal. Hal ini tentu tidak berarti bahwa, keselamatan hidup kita di masa yang akan datang merupakan hasil upaya kita menaati Firman-Nya. Kita tidak akan pernah mampu untuk menaati semua perkataan-Nya dengan sempurna. Namun demikian, anugerah keselamatan yang Allah berikan kepada kita melalui Yesus Kristus dengan pertolongan Roh Kudus, itulah yang membuat kita dimampukan untuk melakukan apa yang Yesus katakan (bdk. 2:8-9).


Tipe kedua, sebagaimana yang dikatakan di dalam ayat 26 adalah mereka yang mendengar dan tidak melakukan apa yang Yesus katakan. Yesus mengibaratkan mereka dengan orang yang bodoh, yang menjadikan pasir sebagai dasar untuk mendirikan rumahnya. Pernyataan Yesus tentang mereka ini cukup keras. Pilihan untuk mendirikan rumah di atas pasir tentu bukanlah pilihan yang bijak. Pasir bukanlah dasar yang kuat untuk menopang rumah yang berdiri diatasnya.

Mendengarkan perkataan Yesus adalah tindakan awal yang tepat untuk dapat mengetahui kehendak-Nya atas kita. Namun demikian, mendengar saja tidak cukup kuat untuk menjadi dasar kita menaruh pengharapan keselamatan hidup yang kekal. Oleh karena itu, bagaimana mungkin kita dapat memastikan bahwa kita akan sampai kepada hidup yang kekal bersama-Nya, sementara kita tidak melakukan apa yang Ia katakan kepada kita? Dengan demikian, pendengaran kita itu tidak akan ada artinya tanpa dilakukan.


Anugerah keselamatan yang Allah berikan kepada kita bukanlah anugerah murahan. Keselamatan hidup kekal adalah hal yang sangat mahal melebihi dari apapun. Begitu mahalnya sehingga tidak ada seorangpun manusia yang sanggup membayar harga untuk hal ini. Ketaatan Kristus untuk melakukan kehendak Bapa-Nya hingga mati di kayu salib, inilah satu-satunya yang membuat kita dimungkinkan untuk beroleh keselamatan hidup yang kekal. Dengan demikian, Yesus Kristus menjadi satu-satunya dasar pengharapan kita (1 Kor. 3:11). Oleh karena itu, hanyalah kepada Yesus kita dapat menggantungkan pengharapan keselamatan hidup kita (1 Tim.1:1).


Yesus memang memberikan perkataan-Nya untuk menuntun hidup kita agar tetap di jalan keselamatan sesuai kehendak-Nya. Namun, Yesus tidak pernah memaksa kita untuk melakukan segala sesuatu yang Ia katakan. Ia tidak menciptakan kita layaknya sebuah robot. Kita diciptakan sebagai manusia yang memiliki kehendak bebas. Maka, dimanakah posisi kita? Apakah kita termasuk dalam tipe orang pertama, yang mendengar dan melakukan apa yang Yesus katakan? Atau, termauk dalam tipe orang kedua, yang mendengar namun tidak melakukan apa yang Yesus katakan? Pilihan ada pada kita. Respon seperti apakah yang kita pilih setelah mendengar setiap Firman yang Tuhan katakan kepada kita? Kitalah yang menentukannya.


Kiranya kita dalam pertolongan Roh Kudus terus dimampukan menjalani hidup ini dengan berdiri di atas dasar ketaatan pada firman Tuhan sebagai wujud pengharapan akan keselamatan hidup yang kekal.

55 views1 comment

Recent Posts

See All

1 Comment


Terima kasih untuk refleksi yg dapat membangkitkan semangat untuk mempertanyakan saya sekarang berada di posisi mana ? Kadang kita tidak lagi menanyakan pertanyaan itu sebagai bentuk pengenalan kita akan Allah dan respon apa yg kita miliko terhadap pengenalan itu.

Like

Senat Mahasiswa 

Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung 

2020

bottom of page