top of page

Kehendak-Mu bukan inginku, Perkataan-Mu adalah Pencahananku

Writer's picture: Senat Bidang 2Senat Bidang 2

Oleh: Sido Pasaribu

Bilangan 23: 13-23

Quotes

Kehendak Tuhan Adalah Musuh Ekspektasi Kita, Tetapi Firman-Nya Sahabat Paradoks Kehidupan

Paradoks adalah suatu keniscayaan hidup orang percaya. Paradoks lahir dari sebuah intensi tarik menarik kepentingan dan kebutuhan manusia, serta lahir dari sebuah interaksi dengan situasi dan keadaan yang kita hadapi. Paradoks juga lahir karena rasionalitas di kepala dan perasaan di dalam hati, yang seolah berkontradiksi sehingga membuat kita cepat merespons dengan bergumam, “Kenapa ini bisa terjadi?” atau “Kenapa ini terjadi kepadaku?” Manusia diciptakan Tuhan dengan kesempurnaan rancangan-Nya, tetapi oleh karena dosa, merusak kesempurnaan rancangan itu dan mengaburkan prioritas sebuah tujuan hidup, yang berakibat sebuah tendensi perlawanan dan pemberontakan. Oleh karena itu, manusia butuh sesuatu untuk mengembalikan mereka pada tujuan awal mereka diciptakan, manusia butuh Firman Allah.


Dalam perikop hari ini, kita menemukan sebuah interaksi antara Balak bin Zipor seorang raja Moab dan Bileam bin Beor seorang penenung. Balak ingin Bileam mengutuk Israel karena merasa terancam dengan keberadaan bangsa Israel (Lih. Pasal 22: 2-8) . Ternyata yang terjadi justru sebaliknya, Bileam memberkati Israel karena percaya kepada perkataan Allah Yahweh. Hal ini sungguh menggelitik dan membuat saya miris dengan diri, bagaimana mungkin orang yang tidak percaya seperti Bileam, memegang dan melakukan perkataan Yahweh sebagai tujuan hidupnya? Bahkan dalam pasal 23 ayat 19, Bileam membela Yahweh dengan mengatakan bahwa “Yahweh bukan manusia, Dia adalah Allah yang menggenapi setiap perkataan-Nya”.


Perikop ini kembali mengingatkan, bahwa Allah dalam kedaulatan-Nya mampu mengontrol segala yang terjadi di dalam dunia ini, semua melalui perkataan-Nya. Dalam kehidupan, mungkin kita dikendalikan atau digerakkan oleh situasi atau keadaan, yang kemudian situasi itu melahirkan permintaan atau pilihan kita. Tetapi kita mungkin lupa, dosa membuat pilihan dan permintaan kita memiliki kecendrungan bertentangan dengan Allah. Ekspektasi kita tidak selaras dengan kehendak-Nya. Kita berusaha bernegosiasi supaya Tuhan mengikuti apa yang kita mau. Lalu siapa sesungguhnya yang menjadi Tuhan? Kita merekayasa Tuhan hadir seperti bayangan dan keinginan kita. Kita menciptakan sebuah delusi allah-allah palsu dan memberi pengecualian kepada diri untuk meniadakan Tuhan di dalam hidup kita. Kita perlu kembali kepada track yang semestinya .Oleh karena itu, kita perlu perkataan atau Firman Allah, yang memurnikan hati serta menyelaraskan pilihan kita dengan rancangan Allah atas hidup kita.

Suatu kali ayah saya pernah terserang stroke. Ayah saya menderita stroke oleh karena beban pekerjaan yang dilimpahkan pimpinannya secara berlebihan. Ketika saya pergi ke RS bersama keluarga dan mendapati ayah saya sudah dalam kondisi tidak berdaya, dan seperti menggigiti lidahnya. Saya marah dan ingin segera ke kantor ayah saya, untuk meminta pertanggungjawaban pimpinannya. Saya pergi ke luar, dan menangis terisak menuju parkiran motor. Saya kehilangan akal sehat. Saya pergi ke parkiran mobil, mengambil kunci dan linggis dari bagasi mobil untuk saya masukkan ke dalam jok motor. Pikir saya pada waktu itu, bahwa bos ayah saya akan menerima balasan seperti saya melihat ayah terbaring tidak berdaya. Dalam isak tangis saya, firman Tuhan terngiang di kepala saya, “Segala Perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp. 4:13) dan “Damai Sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Yesus Kristus” (Flp. 4:7).


Seketika saya tersadar dan menjerit dengan kuat, Tuhan apa yang saya perbuat, ampuni saya Tuhan!! Lalu saya pergi ke belakang parkiran motor dan berdoa minta ampun. Sambil menangis terisak, saya masuk ke ruangan tempat ayah saya dirawat. Saya panggil adik-adik saya, saya ajak mereka berdoa di balik ruangan perawatan , kami berpegangan tangan, sambil menangis kami berdoa kepada Tuhan untuk kesembuhan ayah kami. Tuhan itu baik, dua hari kemudian ayah saya sadarkan diri dan mulai pulih secara perlahan hari lepas hari. Saya disadarkan Tuhan melalui Firman-Nya, tanpa Firman saya tidak akan mampu melewati peristiwa itu dengan sebuah kemenangan pilihan dari Tuhan, terima kasih Tuhan.


Perkataan Allah atau Firman-Nya menjadi pegangan atau pencahanan dalam hidup kita. Karena Firman itulah, yang berkuasa menyelesaikan setiap paradoks kehidupan dan menyelaraskan hidup kita sesuai rancangan-Nya. Pemazmur menggambarkan, betapa bahagianya hidup berpegang pada Firman Allah, “Sekiranya hidupku tentu berpegang pada ketetapan-Mu! Maka aku tidak akan mendapat malu, apabila aku mengamat-amati segala perintah-Mu. Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang adil. Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali.” (Mzm. 119: 5-8)

Seperti sebuah refrein lagu berjudul TUTUR KATA,

“ Untuk selamanya sampai selamanya perkataan-Mu bertumbuh di hatiku, siang dan malam slalu kurenungkan janji-Mu yang indah, ‘ku berjalan di dalam-Nya”. Amin.

42 views0 comments

Recent Posts

See All

Commenti


Senat Mahasiswa 

Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung 

2020

bottom of page