Oleh: Yohana Supatmi
1 Petrus 2:1-10
Quotes
Hidup Menjadi Berharga Ketika Kita Tidak Melihat Seberapa Berat Beban Dan Tekanan Yang Sedang Kita Alami, Tetapi Melihat Bagaimana Allah Bekerja Melalui Setiap Hal Yang Terjadi Dalam Kehidupan Kita
Berbicara tentang hidup yang bertumbuh, kita melihat dari 2 aspek, yaitu pertumbuhan secara jasmani dan rohani. Pada pertumbuhan jasmani seseorang akan ada waktunya untuk tidak bisa bertumbuh lagi. Berbeda dengan pertumbuhan secara rohani, akan sulit mengukur pencapaian pertumbuhan rohani manusia. Namun, seseorang yang bertumbuh secara rohani terlihat dari bagaimana dia menjalani kehidupannya yang bertanggung jawab dan menjadi berkat bagi orang lain. Supaya seseorang dapat bertumbuh secara rohani pasti ada faktor-faktor yang mendukung pertumbuhannya, yaitu kemauan diri, dukungan dari orang terdekat atau orang lain, dan lingkungan sekitar. Namun, bagaimana jika kita diharapkan bertumbuh ditengah situasi, kondisi, dan lingkungan yang krisis, bahkan penolakan? Apakah kita akan mampu bertumbuh?
Inilah yang dirasakan oleh audiens dalam konteks surat 1 Petrus. 1 Petrus ini erat kaitannya dengan penganiayaan terhadap orang-orang Kristen.[1] Mereka tinggal di wilayah-wilayah jajahan kerajaan Romawi, sehingga mereka pasti memiliki tekanan-tekanan dalam menjalani kehidupan, ditambah lagi bahwa mereka adalah pengikut Kristus.[2] Namun, dalam 1 Petrus 2:1-10 kita akan melihat bagaimana Petrus memberikan nasihat kepada mereka untuk tetap hidup bertumbuh dalam Tuhan walaupun ditengah krisis.
Pasal ini diawali dengan kalimat perintah “karena itu buanglah….”, kata “karena” dapat dipahami bahwa ada nasihat yang telah dikatakan Rasul Petrus sebelumnya, yaitu menjelaskan bagaimana Allah yang penuh kasih karunia mengirim Kristus sebagai penebus dosa umat manusia melalui darah-Nya yang kudus dan tak bercacat. Kemudian memberikan perintah untuk membuang hal-hal negatif yang telah disebutkan (2:1) yang menekankan bahwa mereka harus meninggalkan kehidupan mereka yang lama (Ef. 4:22), kepada kehidupan yang baru (2:2). Walaupun secara gratis kita menerima anugerah keselamatan dari Tuhan melalui Yesus Kristus dan mengalami kelahiran baru, Petrus tetap mengajarkan kepada mereka untuk tetap hidup kudus dihadapan Tuhan.
lalu bagaimana seharusnya mereka hidup? Petrus mau supaya mereka hidup “…sama seperti bayi baru lahir…”(2:2). Kalimat “seperti bayi baru lahir” bukan memberikan arti bahwa mereka adalah orang-orang yang baru percaya. Namun, ayat ini memiliki arti bahwa Petrus ingin mereka terus menerus memiliki kerinduan dan ketergantungan kepada Firman Tuhan supaya memiliki pertumbuhan dalam kerohanian, seperti bayi yang bergantung pada air susu dari ibunya.
Surat 1 Petrus dapat dikatakan sangat Kristologis. Pengajaran yang menonjol diperlihatkan pada surat ini , yaitu bahwa kehidupan orang Kristen tidak bisa dipisahkan dari kehidupan Kristus sendiri.[3] Artinya Yesus bukan hanya objek iman yang kita percaya, tetapi sebagai orang-orang yang mengikut Yesus, pola kehidupan kita juga tidak lepas dari bagaimana Dia sebelumnya menjalani kehidupan. Seperti yang dituliskan ayat 4, Yesus digambarkan sebagai “batu yang hidup”. Petrus dalam ayat ini mengungkapkan bagaimana Yesus datang ke dunia, tetapi kedatangan-Nya ditolak manusia, tetapi Allah Bapa meninggikan-Nya. Petrus juga menyebutkan bahwa mereka juga adalah batu yang hidup, sama seperti Yesus dipilih dan diterima Allah. Jadi, seharusnya orang-orang kudus ini tidak perlu berputus asa karena penolakan dunia terhadap diri mereka, karena mereka – sama seperti Kristus, sama-sama dipilih Allah di dalam rencana kekekalan Allah.
Allah menganggap mereka “terpilih” dan “mahal” (2:6-7). Bahkan, Yesus juga digambarkan sebagai batu penjuru yang mengokohkan dan menyatukan baik dalam dimensi vertikal (hubungan dengan Allah) mauapun horizontal (hubungan dengan sesama). Bagi yang percaya Yesus akan memperolah keselamatan, dan bagi yang tidak percaya akan menjadi batu sandungan bagi mereka sendiri. Dalam ayat 9-10, Petrus kembali menegaskan identitas mereka sebagai umat pilihan Allah. Allah yang memberikan anugerah keselamatan kepada orang-orang berdosa yang sebenarnya tidak layak menerimanya, dan memberikan kesempatan kepada mereka juga untuk tetap hidup menjadi berkat.
Melalui 1 Petrus 2:1-10 kita belajar 2 hal dari firman ini, pertama kita perlu memperbaharui manusia lama kita, kita tahu betapa kasih-Nya kepada kita melalui karya Yesus Kristus di kayu salib yang telah memberikan keselamatan bagi kita. Kedua hidup sebagai batu hidup dan hidup kudus ditengah-tengah penolakan. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya dimana Yesus yang telah menderita meninggalkan teladan bagi orang yang percaya kepada-Nya. Kita sama-sama di panggil Allah untuk mengikuti cara hidup seperti Yesus hidup, walaupun mengalami penolakan, tetapi memiliki hidup yang berdampak bagi orang lain, menyatukan yang terpisah, bahkan menjadi berkat bagi orang lain. Demikian juga kita sebagai anak-anak Tuhan, kita juga harus menjadi “batu yang hidup”. Yaitu memiliki kehidupan yang berguna yang menjadi berkat bagi orang lain. Tentunya dengan memahami bahwa kita adalah orang yang dipilih Allah, umat kepunyaan Allah sebagai identitas dan hak istimewa yang telah Allah berikan.
Mungkin kita tidak mengalami penganiayaan seperti yang dirasakan oleh jemaat yang dilayani oleh Petrus melalui surat ini. Meskipun kita adalah kaum minorotas dari kalangan agama lain, tetapi tidak seburuk yang terjadi pada konteks jemaat waktu itu. Namun, tanpa kita sadari seringkali juga kita diperhadapkan dengan hal semacam penolakan, tetapi hal itu wajar kita rasakan, karena kita adalah murid Kristus. Namun, yang terpenting adalah bagaimana cara kita meresponinya? Apakah dengan putus asa? Apakah dengan sukacita dan terus bertumbuh dalam Tuhan?
[1]. John Drane, Memahami perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis, terj. P. G. Katopo. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011) 496. [2]. Drane, Memahami perjanjian Baru, 496.
[3]. Karen H, Jobes, Letters to the church: A Survey of Hebrew and General Epistles (Grand Rapids: Zondervan, 2011), 270.
Comments