Oleh: Ariadne Natalya Gunawan Sang Putri
Mikha 7: 18-20
Quotes
"Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran dari sisa-sisa milik-Nya sendiri?”
Dosa adalah hal yang sudah melekat dalam diri kita sejak dulu, baik itu sebagai orang percaya maupun orang tidak percaya. Banyak orang di luar sana yang mengatakan bahwa “dosa itu nikmat dan menyenangkan,” tapi apakah pemikiran itu juga yang menjadi pola pikir kita sebagai orang Kristen yang telah mengenal kebenaran yang sejati? Sebagai orang yang telah mengenal kebenaran, seharusnya kita tidak berkompromi dengan dosa meskipun Allah akan mengampuni dosa-dosa kita ketika kita berbuat dosa. Demikian juga yang terjadi oleh bangsa Israel ketika zaman nabi Mikha, di mana Allah yang sama itu dari dulu tidak pernah berkompromi dengan dosa meskipun Ia telah mengampuni pelanggaran bangsa Israel.
Saudara-saudara, Israel merupakan bangsa pilihan Allah yang akan dipakai sebagai sarana dalam karya keselamatan umat manusia. Dalam perjalanan sejarahnya, Israel juga terkenal dengan kebebalannya yang membuat Allah sering marah dan menghukum mereka. Tidak sedikit dituliskan tentang bagaimana mereka berbalik dari Allah, kemudian kembali lagi kepada-Nya dan berbalik lagi. Namun, Allah yang menghukum itu juga merupakan Allah yang memiliki sifat penyayang, pengasih, panjang sabar, mengampuni kesalahan dan pelanggaran dosa manusia (Kel. 34:6-7). Kita juga perlu ingat bahwa meskipun Allah dikatakan sebagai pribadi yang penyayang dan mengampuni dosa setiap umat-Nya tapi Ia tidak pernah berkompromi mengenai dosa terhadap siapa pun. Seperti yang kita tahu, pelanggaran yang bangsa Israel lakukan membuat Allah menghukum mereka dengan menjadi terpecah belah dan menyebar ke berbagai penjuru dunia.
Oleh karena itu melalui nabi Mikha, Allah menyampaikan kepada orang-orang Yerusalem tentang bagaimana janji keselamatan yang pernah diberikan kepada Abraham dan Yakub itu kembali dinyatakan kepada Yerusalem. Dikatakan bahwa Allah akan mengumpulkan kembali orang-orang Israel, dan akan menjadi raja yang akan berjalan di depan mereka (Mik. 2:12-13). Janji keselamatan tidak saja berbicara tentang dikumpulkannya kembali orang-orang Israel, melainkan Allah akan memberikan seorang raja untuk bangsa Israel. Raja yang dimaksud di sini sedang merujuk pada Mesias (Mik. 5:1, bnd. Mat. 2:6; Yoh. 7:42) yang akan menyelamatkan umat manusia dan menggenapi janji Allah. Di satu sisi Allah akan memberikan seorang raja, tapi di sisi lain Allah juga membinasakan semua berhala-berhala mereka (Mik. 5:9-14) agar mereka kembali beribadah kepada Allah nenek moyangnya.
Tetapi saudara-saudaraku, sungguh ironis apa yang dilakukan oleh bangsa Israel. Allah telah menghancurkan patung-patung berhala mereka, tapi hidupnya masih saja tidak berkenan di hadapan Allah. Akhirnya Allah kembali menghukum bangsa ini dan melalui Mikha, menyampaikan apa yang menjadi kerinduan-Nya terhadap manusia. Allah menuntut setiap manusia harus “berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah” (Mik. 6:8) karena jika manusia tidak berlaku seperti yang Allah perintahkan maka tanpa berkompromi, Allah akan menghukum mereka dan bangsanya.
Memang menjadi hal yang unik ya saudara-saudara jika kita membaca Kitab Mikha ini, kita melihat bagaimana Allah bertindak terhadap umat-Nya yaitu menghukum dan memberikan janji keselamatan kepada Israel. Di sisi lain kita melihat Allah yang tidak pernah berkompromi baik kepada umat-Nya maupun orang-orang tidak percaya. Nah, tapi apakah Allah kita hanya akan menghukum manusia saja dan tidak maukah Ia mengampuni setiap kesalahan/dosa manusia?
Mikha mengingatkan kepada setiap kita pada ayat 18, bahwa “Siapakah Allah seperti Engkau yang mengampuni dosa, dan yang memaafkan pelanggaran.... yang tidak bertahan dalam murka-Nya untuk seterusnya, melainkan berkenan kepada kasih setia?” Memang benar setiap kita manusia sering jatuh dalam dosa dan membuat Allah sering marah kepada kita, tapi Allah yang kita sembah tersebut bukanlah Allah yang pendendam dan membiarkan kita jatuh dalam dosa terus-menerus. Allah kita adalah Allah yang memaafkan dan mengampuni setiap pelanggaran dosa (2:12; 4: 6; 5: 7–8) kita selama kita mau mengakui dan berbalik kepada-Nya, karena tidak ada allah-allah lain yang dapat melakukan hal yang sama seperti Allah kita. Pengampunan yang Allah berikan itu bukanlah karena perbuatan baik kita atau hidup kita yang berkenan di hadapan-Nya, melainkan karena kasih karunia dan anugerah-Nya. Perbuatan Allah ini dapat kita lihat juga dalam Kel. 15:11, di mana dikatakan bahwa tidak ada allah-allah lain yang seperti Allah Israel, dan dalam Ul. 3:24 yang menunjukkan betapa kuat-Nya tangan Allah dan kebesaran-Nya yang tidak terdapat pada allah lain.
Dosa adalah hal yang paling tidak dapat dikompromikan oleh apapun dan siapapun juga termasuk oleh Allah, karena itu adalah hal yang paling dianggap jijik oleh Allah. Oleh karena itu, Mikha berdoa kepada Allah agar Allah kembali menyayangi setiap umat-Nya dan menghapuskan serta melemparkan dosa-dosa kita ke dalam tubir-tubir laut (ay. 19). Sebuah tempat yang paling dalam sehingga dosa-dosa kita tidak lagi diingat lagi oleh Allah karena hanya Allah saja yang dapat mengampuni kita.
Pengampunan yang akhirnya membuat kita pun menerima janji keselamatan (ay. 20) yang telah Allah janjikan kepada Abraham dan Yakub dahulu. Janji yang tetap Allah ingat meskipun umat tidak setia kepada-Nya namun Ia setia dan akan menepati janji-Nya tersebut (Kej. 28:13-15; Kel. 34:6). Akan tetapi saudara-saudara, pada masa itu janji keselamatan yang Allah nyatakan kepada bangsa Israel belumlah benar-benar digenapi karena janji keselamatan tersebut tidak ditujukan untuk masa itu melainkan ditujukan ketika Yesus Kristus datang ke dunia ini dan mati di atas kayu salib. Janji yang diterima bukan karena perbuatan baik kita melainkan karena iman kita kepada Yesus Kristus (Rom. 4; Gal. 3).
Sebagai orang Kristen kita telah sering mendengar (khotbah, diskusi, nasihat, dll) dan membaca kisah tentang pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib, untuk mengampuni dosa-dosa umat-Nya dan menyelamatkan umat-Nya. Namun bisa jadi karena seringnya mendengar dan membaca akan kisah ini, mungkin pada akhirnya berita pengampunan itu menjadi hal yang biasa saja, bukan berita yang istimewa bagi kita. Tidak saja sudah bukan menjadi berita yang istimewa, tapi mungkin kita juga tidak lagi menghargai akan pengampunan yang Allah berikan melalui Anak-Nya di kayu salib. Kita tetap hidup sesuka hati kita sehingga itu tidak berkenan di hadapan Allah, atau mungkin kita juga seperti bangsa Israel yang bebal dan tidak mau setia kepada Allah.
Mari kita selidiki hati kita saat ini. Seberapa pentingkah pengorbanan Yesus itu dalam hidup kita? Mungkinkah kita termasuk orang yang tidak menganggap istimewa salib, hidup sesuka hati, dan masih “BERKOMPROMI” dengan dosa? Atau kita termasuk orang yang berkata “TIDAK” pada dosa? Memang tidak mudah bagi kita yang tinggal di dunia yang penuh dosa ini untuk berkata “TIDAK” pada dosa karena masih banyak orang yang berkompromi dengan dosa. Mereka bahkan berkata “ Ah cuma sedikit saja atau ah cuma sekali saja” tapi kita lupa dengan kebenaran yang ada.
Saudara-saudara, Allah memang dikatakan adalah Allah yang pengampun, namun Allah yang sama itu juga adalah Allah yang cemburu dan akan menghukum setiap orang yang hidupnya tidak berkenan di hadapan-Nya. Oleh karena itu, sebagai orang percaya yang telah mendengar Kabar Baik dan diselamatkan oleh Allah, maka hendaklah kita selalu hidup berkenan di hadapan-Nya dan tidak pernah berkompromi dengan yang namanya dosa, sama seperti Allah yang tidak pernah berkompromi. Selain tidak berkompromi dengan dosa, mari kita terus hidup dalam iman percaya kepada Yesus Kristus.
Commentaires