Oleh: Yosua Abineno
Ayub 19:21-27
Quotes
Pengenalan Akan Allah Memberikan Harapan Baru
Penderitaan merupakan hal yang sering dihindari oleh setiap orang. Penderitaan menyebabkan kesulitan dalam menjalani hidup. Penderitaan dapat hadir dalam berbagai bentuk misalnya, bencana alam, tindakan kejahatan yang dialami, penyakit, masalah rumah tangga, masalah sosial yang terjadi di masyarkat dan lain-lain. Hal-hal tersebut menimbulkan keresahan bagi umat manusia tak terkecuali orang Kristen. Orang Kristen juga mengalami penderitaan namun, yang menjadi pembedanya adalah kita percaya bahwa Allah selalu menyertai kita di kondisi apapun. Namun, apa jadinya jika penderitaan yang kita alami membuat bahkan memaksa kita berpikir apakah Allah masih beserta dengan umat-Nya? Apakah Allah telah bersikap tidak adil terhadap umat-Nya dengan memberikan kesulitan berupa pandemi Covid 19 yang sampai saat ini terus mengusik kehidupan manusia? Apakah Allah berada dipihak kita ataukah berlawanan dengan kita? Mari kita melihat pada kisah Ayub.
Ayub merupakan sosok yang sangat disegani oleh teman-temannya karena sikap Ayub yang takut akan Allah dan ia sering dikunjungi oleh teman-temannya untuk meminta hikmat. Bahkan Allah di bagian awal Kitab Ayub mengatakan bahwa Ayub adalah orang yang saleh, jujur, dan menjauhi kejahatan (Ay. 1:8). Namun, Ayub ditimpa musibah yang meyebabkan ia kehilangan harta, keluarga, dan ia menderita penyakit. Hal ini membuat Ayub merasa bahwa Allah telah berbuat sesuatu yang tidak adil terhadap dirinya. Ketika sahabat-sahabat Ayub datang untuk melihat keadaan Ayub dan menghibur Ayub. Namun, Ayub malah disalahkan oleh sahabat-sahabatnya karena penderitaan yang ia alami. Mereka mengatakan bahwa Ayub telah berbuat dosa dihadapan Allah sehingga Allah menghukum Ayub. Ini bermula dari keluh kesah Ayub terhadap penderitaan yang dialaminya yang diikuti oleh perkataan-perkataan sahabat-sahabatnya yang memegur Ayub dan meminta Ayub untuk merendahkan dirinya dihadapan Allah dan mengakui kesalahannya.
Pada Ayub 19, Ayub menjawab pendapat-pendapat yang diberikan kepadanya. Ia menegur sahabat-sahabatnya karena telah mengatakan bahwa Ayub telah berbuat dosa dihadapan Allah (Ay. 2-6) sehingga Ayub menderita. Pada ayat 7-10, Ayub menjelaskan bagaimana Allah menunjukkan murka-Nya kepada Ayub. Ayub mengatakan bahwa Allah tidak menjawab seruan Ayub (ay. 3), jalan-jalan Ayub ditutup oleh Allah (ay. 4), menanggalkan kemuliaan dan merampas mahkota (ay. 9), membongkar (ay. 10), dan ditutup dengan murka Allah dan penggambaran murka Allah seperti pasukan yang mengepung dan melawan Ayub. Penggambaran ini jelas menunjukkan bagaimana Ayub melihat Allah sebagai seteru. Pada ayat 13-20, Ayub mengatakan bahwa keluarga dan saudara-saudaranya telah meninggalkan Ayub. Ayub kehilangan otoritas terhadap para hambanya dan ia kehilangan tempatnya di mata masyarakat karena penderitaannya. Ayat 20 menjadi pernyataan singkat Ayub mengenai penampilannya yang mana sudah tidak memiliki apapun untuk dibanggakan.
Maka, di ayat 21-27, Ayub meminta kepada sahabat-sahabatnya untuk mengasihani dia karena tangan Allah telah menimpa Ayub. Beberapa penafsir melihat makna dari perkataan ini adalah penderitaan yang Ayub alami berasal dari Allah dan ini merupakan simbol dari penderitaan yang diizinkan oleh Allah tanpa alasan yang jelas. Inilah yang menyebabkan Ayub berkesimpulan bahwa Allah telah bersikap tidak adil kepadanya. Ini merupakan ekspresi puncak Ayub terhadap Allah dalam pasal ini. Ayub juga mengatakan bahwa sahabat-sahabat Ayub menganggap diri mereka sebagai Allah yang menuntut Ayub. Ayat 23-24, Ayub berharap bahwa perkataanya ini dicatat dengan besi pengukir sehingga perkataannya tidak akan hilang. Pada ayat 25, terdapat pernyataan Ayub yang kontras dengan ayat sebelumnya yang mana Ayub melihat Allah sebagai seterunya dan berlaku tidak adil kepadanya, maka di ayat ini Ayub menyakini bahwa Allah dipihaknya dengan menyatakan bahwa penebusku hidup. Ini merupakan pengakuan Ayub di mana penebus disini menurut penafsir merujuk kepada Allah atau kepada orang yang akan membela Ayub. Namun, kata ini lebih merujuk kepada Allah.
Ayub melihat Allah sebagai penjamin keadilan. Jika dilihat lebih jauh, kata ini yang di dalam Perjanjian Baru merujuk kepada Yesus yang menebus dosa manusia. Dengan adanya pengakuan Ayub mengenai penebus, Ayub yakin bahwa harapan bahwa Allah penebusnya. Dengan adanya perubahan ini, kelihatannya Ayub mulai menyadari bahwa Allah tetap berada dipihaknya dan pada ayat 26-27 menjadi penutup dimana Ayub berkeinginan untuk melihat Allah secara langsung untuk menyampaikan keluh kesahnya.
Kita berada di masa Pandemi. Masa ini membuat kita berada di dalam kesulitan dan juga penderitaan. Setiap hari kita mendengar berita bahwa kasus positif pasien Covid 19 bertambah banyak, banyak pegawai di PHK dan perekonomian menjadi terhambat. Kita mulai mengeluh kapan pandemi ini berhenti dan kita bebas melakukan aktivitas kita seperti biasa. Dalam keadaan tersebut, kita bisa saja bersikap seperti Ayub yang mempertanyakan keadilan Allah dan menyatakan bahwa Allah tidak adil. Frasa “penebusku hidup” menjadi titik balik pemahaman Ayub mengenai Allah. Ia percaya bahwa Allah sanggup menolongnya. Frasa tersebut dijadikan sebuah syair lagu yang berjudul “Because He lives” yang diciptakan oleh Bill Gaither menceritakan bahwa sekalipun hidup kita dipenuhi oleh penderitaan, kita masih memiliki harapan bahwa Allah itu berada di pihak kita. Ia telah menebus kita, dan memberikan jaminan berupa hidup yang kekal kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Sebab Ia telah hidup dan mengalahkan maut. Kebangkitan-Nya memberikan kepada kita sebuah jaminan bahwa Allah akan selalu berada dipihak Kita. God is With Us.
"Sekalipun hidup kita dipenuhi oleh penderitaan, kita masih memiliki harapan bahwa Allah itu berada di pihak kita. Ia telah menebus kita, dan memberikan jaminan berupa hidup yang kekal kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya." Terima kasih Yosua sudah mengingatkan lagi tentang kebenaran iman ini, GBU!