top of page

Berkat di dalam relasi-Nya yang kudus

Writer's picture: Senat Bidang 2Senat Bidang 2

Oleh: Yudhistiga Putra C. Siswandi

Bilangan 6:22-27

Quotes

God's Blessings Remain In You While You Remain In God

Pernahkah kita mendengar ucapan berkat yang sering diucapkan oleh Pendeta dalam ayat Bilangan 6:22-27 ini? Bukankah tidak asing ketika kita mengangkat tangan lalu kemudian meng-amini apa yang Pendeta ucapkan tersebut? Hal demikian tidaklah salah. Kita tahu bahwa Allah adalah sumber berkat namun acapkali orang cenderung dekat dengan Allah karena mengharapkan berkat-Nya. Pernahkah kita berpikir bahwa kita hanya hanya mengharapkan berkat lalu kemudian menomorduakan Allah sang sumber berkat itu? Di dalam Bilangan 6:22-27 ini menceritakan kepada kita lebih dalam dari sekadar kita mendapatkan berkat lalu meng-amininya.


Dalam perikop Bilangan 6:22-28 ini Allah memberikan berkat dan menunjukkan kepada Harun dan anak-anaknya melalui perantaraan Musa, bagaimana memberkati orang Israel atas nama-Nya. Jelas bahwa Allah berkehendak memberkati umat-Nya melalui perantaraan imam. lihat pada ayat 27 Kata “Aku akan memberkati mereka”. Lalu kemudian terdapat tiga kali kata “Tuhan” (ay. 24, 25, 26) dan enam kali Allah menunjuk, “kamu”. Dengan begitu jelas bagi kita perikop ini menekankan bahwa Tuhanlah yang memberkati umat-Nya dan juga berarti Allah ingin umat-Nya, yaitu Israel menerima berkat atas nama-Nya.

Jika melihat konteks Bilangan 6, pasal ini berbicara tentang hukum kenaziran atau hukum tentang kekudusan. Banyak sekali pada pasal sebelum dan sesudahnya menjelaskan tentang peraturan, hukum dan perintah yang harus di lakukan oleh orang Israel untuk hidup di dalam kekudusan. Hal ini menunjukkan bahwa Allah ingin umat-Nya bukan hanya menerima berkat tetapi ingin umat-Nya untuk hidup di dalam ketaatan dan kekudusan. Jadi dengan begitu ketika mereka hidup di dalam kekudusan mereka menerima berkat dari Allah.

Berkat apa yang dimaksud dalam perikop ini? Kata berkat memiliki makna spesifik dalam PL. Sejak di dalam narasi Kejadian, Allah memberkati umat-Nya dengan memberikan keturunan, kekayaan, tanah, kesehatan, serta kehadiran-Nya ditengah-tengah umat-Nya sendiri. Berkat Allah di sini menunjuk inisiatif Allah untuk mendekat kepada umat-Nya, dan melakukan karya pemeliharaan-Nya atas mereka. Kata memberkati di dalam perikop ini bukan hanya berbicara tentang memberikan materi atau sesuatu yang dirasakan secara fisik atau bahkan perlindungan atas sesuatu, namun lebih dari itu berbicara tentang kehadiran Allah di tengah mereka. Lebih lanjut jika kita melihat di awal perikop ini dimulai dengan perkataan “Tuhan berfirman…” Hal ini menunjukkan bahwa Allah berinisiasi mendekatkan diri-Nya kepada umat-Nya. Lebih dalam lagi perikop ini berbicara bahwa Allah ingin berelasi dengan umat-Nya dan ingin berada dalam hubungan dengan umat-Nya secara dekat – antara Allah yang kudus dengan umat yang hidup di dalam kekudusan. Dengan demikian jika Allah berkenan hadir disitulah berkat, perlindungan, kasih karunia dan damai sejahtera Tuhan limpahkan kepada umat-Nya.


Bagi kita, orang percaya perikop ini menyiratkan kepada kita bahwa berkat datang dari Allah. Allah bukan hanya ingin memberikan berkat kepada kita, akan tetapi Allah ingin berelasi dengan kita dan ingin kita hidup di dalam kekudusan. Kehadiran Allah atas kita jauh lebih dari sekadar memiliki cukup makanan, pakaian atau memiliki kesehatan agar tidak terhindar dari sakit penyakit. Namun Tuhan ingin hubungan kita dengannya menjadi satu – kita bukan hanya mengetahui perlindungan dan pemeliharannya, tetapi juga kita mengetahui kehadiran-Nya yang kudus dalam hidup kita.

Jika merefleksikan kehidupan kita saat ini, kehidupan yang kita jalani tidak bisa tidak dipisahkan dengan penyertaan Tuhan dan berkat Tuhan bukan? Seharusnya berkat Tuhan atas kita membuat kita hidup di dalam kekudusan dan ketaatan kepadaNya. Dengan demikian kehidupan yang kudus dituntut bagi kita sebagai orang percaya – karena “kita adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kita memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (1Ptr. 2:9).

Kiranya kerinduan kita yang terutama adalah hidup dengan Allah dan menikmati berkat yang lahir dari kedekatan itu. Saat kita mengkhususkan diri untuk melayani Dia yang kudus dan yang telah mengkhuduskan kita, berkat-Nya pun akan terus kita alami. Hingga pada akhirnya Dia akan selalu hadir beserta kita, memelihara dan memampukan kita untuk melayani Dia dan menjadi saluran berkat bagi sesama,


Sudahkah di saat kita menikmati berkat dari Tuhan, di saat itu juga kita menikmati Allah dalam hidup kita?

24 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Senat Mahasiswa 

Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung 

2020

bottom of page