top of page

Bagaimana Respon Imanmu?

Writer's picture: Senat Bidang 2Senat Bidang 2

Oleh: Fernandes Budiman

Lukas 17:11-19

Quotes

Respon Kita Menjadi Tolak Ukur Bagi Iman Kita

Saya memulainya dengan sebuah ilustrasi. Terdapat sebuah perusahaan di suatu daerah. Perusahaan ini memiliki banyak sekali karyawan-karyawan yang dipekerjakan. Ketika disuatu kondisi, ada 5 orang dari berbeda divisi yang terancam di PHK (Putus Hubungan Kerja). Hal ini disebabkan karena mereka banyak sekali melakukan kesalahan-kesalahan dalam bekerja. Seperti merugikan perusahaan dengan cara menggelapkan dana proyek, manupulasi data keuangan, dan bahkan yang paling parah adalah pencatutan nama direktur untuk kepentingan diri sendiri.


Suatu hari, kelima orang ini dipanggil ke dalam ruangan direktur untuk mendapatkan peringatan terakhir. Kelima orang ini sangat gusar hatinya apabila benar-benar di PHK karena kelima orang ini telah berkeluarga dan mereka sebagai tulang punggung keluarga. Betapa sedihnya ketika mereka harus dipecat dan keuangan keluarga mereka terancam hancur. Dengan segenap hati mereka meminta belaskasih kepada direktur tersebut. Segala upaya telah dilakukan oleh mereka agar meyakinkan direktur agar memberikan mereka pengampunan. Sampai pada akhir pertemuan tersebut, direktur itu memberikan pengampunan bagi mereka dan memberikan mereka kesempatan sekali lagi untuk bekerja. Saat mendengarkan hal itu, kelima orang ini bersukacita dan mengucapkan terimakasih kepada direktur tersebut.


Walaupun kelima orang ini diberikan kesempatan, tetapi mereka tetap akan dipantau sangat ketat oleh perusahaan. Empat dari lima orang ini bekerja hanya sekedar bekerja dan masih banyak melakukan kesalahan-kesalahan di dalam bekerja. Berbeda dengan empat orang itu, ternyata satu orang lagi, bekerja begitu giat dan ia memberikan semaksimal mungkin apa yang bisa ia berikan bagi perusahan karena ia tidak membuang kesempatan tersebut. Pada akhirnya, satu orang ini menjadi orang kepercayaan di dalam perusahaan tersebut.

Melihat tindakan satu orang ini dalam merespon sebuah tindakan. Saya teringat dengan sebuah kisah yang disampaikan Alkitab mengenai Yesus di dalam perjalananNya. Saat Yesus berjalan menuju Yerusalem, Yesus menyusuri perbatasan kota Samaria dan Galilea. Ketika Ia tiba disebuah desa, ternyata di desa tersebut terdapatlah sepuluh orang yang mengalami kusta. Melihat Yesus datang, sepuluh orang tersebut berdiri dari jauh, memandang Yesus dan berteriak kepada Yesus untuk meminta penyembuhan dari Yesus. Mereka melihat ada sebuah pengharapan yang membuat mereka tidak putus asa akan hidupnya. Terutama saat mereka memanggil Yesus sebagai master (ESV) atau bisa dipanggil sebagai Tuan yang menunjukkan kekuasaan yang dimiliki Yesus.,


Kesepuluh orang kusta ini pasti mengalami pengucilan di dalam kehidupan sosial mereka. Hal itu disebabkan karena penyakit kusta sangat berbahaya dan juga bisa menular kepada orang-orang yang menyentuhnya. Selain itu, saat kusta sudah menjalar ke bagian badan dan menghasilkan borok atau luka, maka bagian tubuh tersebut harus dipotong agar tidak menular kebagian tubuh lainnya. Tidak obat, tidak ada tabit yang mau menolong mereka. Betapa mengerikan penyakit yang mereka alami. Tidak hanya itu, pada masa itu pun mereka percaya bahwa setiap orang yang mengalami sakit adalah sebuah akibat dari dosa yang mereka miliki. Terutama mereka yang mengalami kusta, mereka dianggap memiliki dosa yang sangat besar di dalam hidup mereka karena inilah yang menjadikan orang-orang disekitar mereka menjauh dari kesepuluh orang kusta tersebut.


Ketika Yesus melihat kondisi mereka, maka Yesus menyuruh mereka pergi bertemu imam-imam dan memperlihatkan diri mereka. Kenapa Yesus menyuruh mereka bertemu dengan para Imam? Pada masa itu, para imam dianggap sebagai seorang yang dapat menentukan seseorang telah sebuh dari penyakit (dosa) yang mereka miliki, maka dari itu Yesus menyuruh mereka bertemu dengan para imam. Saat dipertengahan jalan, Yesus telah melakukan mujizat kepada sepuluh orang tersebut.

Mujizat tersebut tidak lain adalah penyembuhan dari penyakit kusta yang mereka alami. Saat mereka mengetahui bahwa telah disembuhkan, 9 dari 10 orang tersebut tidak berbalik kepada Yesus dan hanya 1 orang yang kembali kepada Yesus. Seorang samaria yang dianggap najis pada masa itu justru berbalik dan memuliakan Tuhan dengan suara nyaring. Seorang Samaria tahu bahwa Allah sedang bekerja di dalam Yesus. Seorang yang asing justru memiliki kerinduan yang mendalam untuk memuliakan Allah dibandingkan orang-orang lain. Mereka telah kehilangan momen penting di dalam hidup mereka. Sebuah momen keselamatan yang sedang Allah kerjakan di dalam Yesus. Hanya 1 orang yang menyadari hal itu, betapa mirisnya melihat hal ini. Ayat ke-19, Yesus berkata kepada seorang Samaria itu dengan berkata bahwa imannya telah menyelamatkan dia. Ini memperlihatkan bahwa ada sebuah keselamatan yang ia terima berasal dari imannya kepada Yesus.


Teman-teman yang terkasih, betapa mirisnya tindakan yang terjadi di dalam kisah ini juga terjadi di dalam hidup kita. Kita percaya bahwa Yesus adalah Allah yang pengasih, penolong, pelindung, dan masih banyak lagi, tetapi kita justru melihatnya hanya sebagai sebuah alat untuk kepentingan diri sendiri. Sama seperti 9 orang itu, setelah disembuhkan apakah mereka kembali?? TIDAK, justru pergi meninggalkan Yesus. Mari melihat bagaimana respon seorang Samaria yang dianggap asing terhadap imannya kepada Yesus di dalam pemulihannya? Mungkin saat dibayangkan kembali kisah tersebut, pasti ada isak tangis yang dialami seorang samaria. Seumur hidupnya harus terasing dan menderita, tetapi setelah itu ia bisa kembali ke dalam komunitasnya. Kebahagiaan yang ia miliki, ia tunjukkan dengan memuliakan Yesus dengan apa yang ada pada dirinya. Lalu bagaimana dengan diri kita saat ini? Kita telah banyak menerima belas kasih dan anugerah yang diberikan Tuhan, selayaknya kita bersyukur dan berdoa kepada Tuhan atas apa yang telah diterima sampai saat ini. Tidak hanya itu, kita juga bisa membagikannya kepada orang-orang disekitar kita, bukan hanya materi yang kita miliki tetap juga sukacita yang telah kita terima saat ini. Melihat seorang teman yang sedang mengalami kebangkrutan di dalam usaha atau mengalami PHK, kita bisa memberikan penguatan dengan motivasi-motivasi atau bisa dengan bentuk kehadiran kita di dalam kehidupan orang tersebut sehingga kita bisa membagi kisah kepadanya dan menolongnya.


Teman-teman terkasih, saya mau mengajak kita semua untuk kembali melihat diri kita masing-masing. Apakah kita telah benar dalam merespon iman yang telah kita pegang sampai saat ini? Lalu, Bagaimana dengan sikap kita terhadap respon atas iman kita saat ini? Biarlah ini menjadi sebuah perenungan bagi kita semua. Tuhan memberkati.

54 views1 comment

Recent Posts

See All

1 Comment


selalu tertegur ketika membaca atau mendengar kisah tentang kesepuluh orang kusta ini, kenapa tertegur? karena begitu sering saya melakukan hal yang sama dengn apa yang dilakukan oleh 9 orang tsb. miris, karena saya yang disebut "orang beriman" justru tidak melakukan seperti apa yang dilakukan oleh 1 orang kusta yang kembali kepada Tuhan (padahal dia adalah orang samaria) tetapi yang menjadi pertanyaan saya, iman yang seperti apa yang diinginkan Yesus? bukankah kesembilan orang kusta tersebut juga bisa dikatakan beriman, karena mereka mengalami mujizat dalam hidup mereka?

Like

Senat Mahasiswa 

Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung 

2020

bottom of page